Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemarau Telah Tiba, Hati-Hatilah Terhadap 5 Fenomena Berikut

4 September 2023   17:38 Diperbarui: 4 September 2023   17:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim paceklik atau kelaparan biasanya terjadi pada saat-saat menjelang musim hujan atau musim tanam yang baru. Ikutan yang lainnya adalah adanya pencurian dan berbagai kejahatan lainnya.

Dahulu, pencurian itu dilakukan secara bergerombol yang dikenal dengan nama atau sebutan teku. Walaupun seiring dengan waktu dan perkembangan, gerombolan pencurian itu makin berkurang, namun perlu selau diwaspadai.

Bagaimana Cara Menghadapi atau mengatasi semuanya itu?

Setiap tantangan dan kesulitan pasti selalu ada jalan keluarnya. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya.  Bahkan dapat 'mengatasi masalah tanpa masalah' (BUMN Pegadaian).

Untuk mengatasi debu yang beterbangan di jalanan ke sekolah, pemerintah dapat mengusahakan perbaikan jalan raya dengan membuat aspal (hotmix) atau dapat juga menggunakan rabbat semen. Sambil menunggu uluran tangan pemerintah baiklah kalau siswa-siswi selalu menggunakan masker supaya terhindar dari sakit flu dan batuk.

Menghadapi ulah manusia yang iseng membuang puntung rokok dan menyebabkan kebakaran perlu dipasang rambu-rambu dan peringatan "dilarang membakar hutan!"

Berhadapan dengan kekeringan dan kekurangan air, tiada jalan lain ke Roma selain hati-hatilah menggunakan air, dalam arti menghemat air supaya tidak terbuang-buang. Sisa air cucian bisa ditampung atau disaring untuk dipakai menyiram tanaman.

Dan akhirnya untuk menghadapi paceklik atau kekurangan bahan makanan, rupanya bisa disiasati dengan pola hidup hemat dan memanfaatkan produk makanan lokal non beras, misalnya mengkonsumsi jagung; ubi-ubian; dan di Timor bisa juga mengkonsumsi sagu atau aka bilan sebagai produk makanan lokal yang bergizi.

Meskipun demikian, orang Timor selalu yakin bahwa tanah ini adalah anugerah Tuhan yang harus dilestarikan dan dijaga selalu karena "Bae sonde bae, ita Nusa lebe bae: Baik tidak baik, tanah Timor lebih baik!"

Atambua: 04.09.2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun