Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Polusi Jakarta Sudah Sangat Memprihatinkan Perlu Nyepi untuk Mengatasinya

23 Agustus 2023   20:43 Diperbarui: 23 Agustus 2023   20:44 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kondisi udara Jakarta terburuk (foto: CNN Indonesia)

Membaca Data

Data dari situs pemantau udara IQAir pada hari Selasa (22/8/2023) pkl. 07.00 menjelaskan bahwa Jakarta masuk lima besar dengan skor 170 yaitu kategori tak sehat/unhealthy.

Menurut para pakar sebagaimana penjelasan pada situs pemantau udara itu, skala kualitas udara berdasarkan indeks penilaian angka dari 0-500 berdasarkan US-EPA 2016, yang juga dibedakan dengan warna udara.

Skor 50 merupakan kondisi baik; skor 100 kondisi sedang; skor 150 kondisi tidak sehat bagi segelintir kelompok yang sensitif; skor 200 kondisi tidak sehat; skor 300 kondisi sangat tidak sehat; dan skor 500 kondisi berbahaya. (CNBC Indonesia, Selasa,22/8/2023)

Berdasarkan data dan penjelasan dari situs IQAir tersebut, kita dapat mengatakan bahwa Jakarta berada pada skor yang bukan hanya tidak sehat bagi segelintir kelompok yang sensitif, tetapi sudah mendekati skor tidak sehat bagi semua orang.

Selain itu, meskipun kita selalu berdalih bahwa kondisi udara Jakarta dengan skor 170 itu masih jauh lebih baik dari Spanyol yang tercatat pada skor 272; Kanada dengan skor 273; dan China 262. Namun sebagai kota besar dan maju seperti Jakarta baiklah kita tidak boleh membandingkan dengan negara-negara dengan kondisi lebih buruk , tetapi sebaiknya kita membuat perbandingan dengan kota-kota yang memiliki kondisi udara lebih baik.

Sebab dengan itu kita akan dipacu untuk berusaha memperbaiki kondisi udara Jakarta dan berjuang untuk meraih yang lebih baik bahkan yang terbaik.

Maka bila kita mau membuat perbandingan baiklah kita belajar dari kota-kota pusat bisnis seperti Melbourne dan Sydney di Australia dengan skor kondisi udara 23; Singapura dengan skor 43; dan Kuala Lumpur dengan skor 51 .

Atau kita juga masih bisa membandingkan dengan kota Hanoi di Vietnam yang punya skor udara 78 dengan kategori pencemaran sedang; demikian pun kota Bangkok, Thailand yang punya skor 53 dengan kategori pencemaran udara sedang.

Ini kondisi kota Jakarta saat ini. Semua orang diharapkan maklum dan menerima kondisi tersebut. Tak perlu saling mempersalahkan dan melemparkan tanggungjawab.

Penyebab Pencemaran Udara Jakarta

Kita semua juga sudah sama-sama tahu tentang semua penyebab pencemaran udara yang menyebabkan kota Jakarta menjadi kota hitam itu.

Menurut paparan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dalam Ratas Kabinet di Istana Negara Jakarta (Senin,14/8/2023) bahwa terkait peningkatan kualitas udara di Jabodetabek, sektor transportasi merupakan pengguna bahan bakar paling besar di Jakarta.

Maka dari data itu menunjukkan sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta; kedua, sektor industri energi sebesar 31 %; ketiga, sektor rumah tangga sebesar 14%; keempat, sektor manufaktur industri sebesar 10%, dan kelima, sektor komersial 1%.

Hasil analisis ini mau menyampaikan kepada masyarakat untuk tidak berandai-andai saja. Sebab selama ini justru tuduhan penyebab kerusakan udara di Jakarta selalu dialamatkan kepada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Pada hal fakta berbicara lain. Penyebab utama polusi udara di ibu kota berasal dari asap kendaraan bermotor.

Sebagai pengendara sepeda motor, mari kita lihat sumbangan pencemaran udara sebagai penghasil emisi karbon monoksida (CO) terbesar oleh sektor transportasi yaitu sebesar 96,36% atau 28,317 ton per tahun. Sedangkan PLTU hanya 1,76%.

Demikian pun bila kita bandingkan sepeda motor dengan mobil pribadi, kembali lagi soal terbesar diciptakan oleh sepeda motor sebagai penghasil beban pencemaran udara per penumpang tertinggi.

Kata Prof. Siti Nurbaya, Menteri LHK Indonesia, "Penyebab pencemaran kualitas udara ini disebabkan oleh kendaraan bermotor. Karena dari catatan, pada tahun 2022 lalu itu ada 24,5 juta kendaraan bermotor dan 19,2 juta di antaranya adalah sepeda motor".

Demikian pun laporan riset Vital Strategies dan Institut Teknologi Bandung (ITB), juga mengatakan polusi udara Jakarta banyak berasal dari sektor transportasi.

"Asap knalpot kendaraan, pembakaran batu bara, pembakaran terbuka, konstruksi, debu jalan, dan partikel tanah yang tersuspensi menjadi sumber utama pencemaran udara di Jakarta" , demikian laporan Tim Vital Strategies (15/8/2023).

Nah, setelah kita mengetahui penyebab pencemaran udara hingga menyebabkan kota Jakarta dan juga kota-kota lain menjadi 'hitam' maka semua pihak diharapkan bersama-sama ikut berpikir bagaimana menangani pencemaran udara baik di kota Jakarta sendiri maupun di kota kita masing-masing.

Bagaimana semua pihak bisa ikut berpikir untuk mengatasi pencemaran udara di Jakarta dan kota-kota lain? Kata orang bijak 'lebih baik mencegah daripada mengobati".

Bagi kota Jakarta ini adalah tahap pengobatan, walaupun demikian kita tak boleh berkecil hati. Lebih baik terlambat daripada tidak pernah. Maka hal ini tentu tidak boleh terjadi lagi bagi kota-kota lain.

Upaya-Upaya yang harus dilakukan

Membaca data dan menemukan akar penyebab dari semuanya itu, Menteri Koordinator  Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengajak seluruh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Kota Jakarta untuk fokus pada upaya peningkatan kualitas udara, khususnya pada tiga sektor yaitu transportasi, industri, dan pembangkit listrik serta lingkungan hidup (cnbcindonesia.com).

Untuk itu menurut Menteri Luhut, segala upaya hendaknya dilakukan untuk mencegah semakin parahnya kondisi udara kota Jakarta saat ini, antara lain:

1. Melakukan Modifikasi Cuaca.

Tujuan dari modifikasi cuaca umumnya untuk meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement) atau dapat juga digunakan untuk kondisi sebaliknya (rain reduction). Dalam hal ini, lembaga yang bisa melakukan modifikasi cuaca adalah kerja sama antara BPPT dan BMKG.

2. Mewajibkan PLTU Batu Bara untuk menggunakan scrubber atau pembersih polusi

Scrubber atau pembersih polusi adalah sebuah alat yang didesain untuk mengumpulkan polutan partikel dan/atau gas. Cara kerjanya, wet scrubber akan membuang partikel dengan cara menangkap udara yang kotor itu dalam tetesan atau butiran liquid. Sedangkan untuk polutan gas, proses wet scrubber adalah dengan melarutkan atau menyerap polutan itu ke dalam liquid.

3. Pembagian Jam Kerja di Jakarta.

Salah satu cara yang ditawarkan untuk mengurangi pencemaran udara akibat asap terutama dari knalpot kendaraan bermotor pribadi adalah dengan cara membagi jam kerja kantor. Dengan membagi jam kerja, Sistem Shift, akan mengurangi jumlah pemakai jalan dalam hal ini transportasi pribadi sehingga akan mengurangi polusi udara akibat asap dari kendaraan bermotor. Selain itu juga ditempuh cara Work From Home (WFH) yang sudah dimulai oleh sektor ASN beberapa hari ini.

4. Mendorong Penggunaan Transportasi Publik

Cara lain yang diusulkan dan dipikirkan bersama adalah lebih banyak menggunakan alat transportasi publik, misalnya angkutan umum (Bus Jakarta), atau Commuter Line. Dengan ini dapat mengurangi asap kendaraan bermotor dan emisi gas di seluruh Jakarta.

5.  Percepatan Kendaraan Listrik.

Untuk mengurangi polusi udara di kota Jakarta yang kiat pekat, pemerintah diminta untuk mempercepat penggunaan kendaraan listrik di Jakarta dan kota-kota lain. Tentu ini suatu tawaran untuk semakin mendorong warga masyarakat untuk mengurangi polusi udara di kota Jakarta.

6. Bersepeda atau Jalan Kaki dan Menggunakan Masker

Sebuah usulan yang lebih baik adalah semakin memperbanyak penggunaan sepeda ke kantor dan apabila memungkinkan dapat menempuhnya melalui jalan kaki. Sekali lagi jalan kaki adalah jalan sehat. Dan tentu saja dengan tetap menggunakan masker, agar terbebas dari penyakit ISPA.

Tentu saja ini semua hanyalah upaya-upaya untuk mengurangi polusi atau pencemaran udara di Jakarta. Yang terpenting adalah semua elemen masyarakat ikut berpikir bersama bagaimana mengatasi pencemaran udara yang tentu saja sangat mengganggu aktivitas kerja di ibukota tersebut.

Maka setiap warga Jakarta hendaknya mulailah dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, stop penggunaan plastik rumah tangga; dan berusaha menerapkan keenam strategi itu sesuai kemampuan, jabatan dan potensi yang dimiliki supaya kita segera mengakhiri polusi udara di Kota Jakarta. 

Dan untuk meraih kondisi udara yang lebih baik di Jakarta, saya mengusulkan solusi yang mungkin ekstrim: "Mungkinkah Kota Jakarta "Nyepi" sehari saja seperti yang dipraktekkan dalam tradisi Hindu Bali mulai jam 06.00 s.d. 18.00 dari semua aktivitas, maka langit Jakarta pasti akan bersih kembali".

Sekali lagi, saya mengakhiri opini ini dengan mengutip kembali kata bijak yang mengatakan, "Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi?" 

Jakarta pada saatnya harus bebas dari polusi. Itu tanggung jawab kita semua.

#polusi jakarta

Atambua: 23.08.2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun