Atapupu Dulu
Atapupu, begitulah nama sebuah kota kecil di pesisir pantai utara Pulau Timor yang berbatasan langsung dan paling dekat dengan negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Menurut data sejarah, Atapupu sejak dulu telah menjadi sebuah pelabuhan laut yang tersibuk di wilayah bagian Timur Nusantara.
Sekitar tahun 1500-an, para pedagang datang dari China untuk berburu cendana di Timor untuk diperdagangkan di China dan India melalui Pelabuhan Malaka.
Dari sekian banyak pelabuhan yang disinggahi oleh para pedagang China, salah satu pelabuhan yang terbesar adalah Atapupu.
Konon nama Atapupu itu sendiri berasal dari dua kata yakni Ata artinya orang atau budak  dan Pupu artinya berkumpul. Jadi Atapupu artinya tempat para budak berkumpul atau dikumpulkan.
Kadang Atapupu disebut juga Atafutus artinya tempat para budak diikat, maksudnya sambil menunggu kapal untuk dibawa ke luar Pulau Timor. Â
Atapupu juga dikenal dengan nama Atafufus oleh para pedagang Portugis. Entah mengapa orang Portugis memberi nama demikian, sebagaimana apat ditemukan dalam peta dunia karya Diego Ribero tahun 1539.
Sejak itu daerah pesisir utara Timor itu sudah tercatat sebagai perkampungan China yang ramai.
Ada juga yang mengenalnya dengan nama Pelabuhan Namon Sukaer atau Pelabuhan Pohon Asam karena memang ditumbuhi banyak pohon asam. Sekali lagi menurut dugaan, pohon-pohon asam itu dibawa oleh para pedagang China pada zaman Kerajaan Majapahit dulu.
Nama pelabuhan itu kemudian berubah lagi menjadi Namon Malai yang artinya Pelabuhan Melayu, karena sudah ada beberapa orang China yang menetap di Atapupu. Orang Belu memanggil mereka 'Orang Melayu' atau 'Malae'.
Nama yang berubah-ubah ini bisa dimaklumi karena penduduk di sekitar pelabuhan itu umumnya para pendatang, sehingga setiap pendatang baru membawa nama atau sebutan baru untuk tempat tersebut.
Umumnya sebutan atau pemberian nama di Timor selalu dikaitkan dengan 'pohon' besar yang ada di sekitar lokasi, misalnya pohon asam (sukaer) akan menjadi "Uma Sukaer", atau 'orang khusus terbanyak di sekitar lokasi misalnya orang China (malae) akan menjadi "uma malae", dan lain-lain.
Rupanya nama terakhir yaitu Namon Malai kemudian lebih menjadi pilihan dan sebutan terakhir hingga pada tahun 1879 juga dipakai oleh para misionaris Belanda yang tiba dan menetap di kota pelabuhan ini.
Kota pelabuhan itu kemudian ditetapkan sebagai 'Kota Atapupu' berdasarkan kabar berita yang disampaikan oleh seorang misionaris Belanda bernama Pastor J. Kraaiijvanger SJ kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia yang isinya memohon untuk mendirikan sebuah Stasi Gereja Katolik yang tetap di Atapupu.
Atas permohonan itu, Gubernur Hindia Belanda menerbitkan surat izin pendirian stasi pertama di pulau Timor dengan nama Stasi Atapupu pada tanggal 1 Agustus 1883.
Atapupu Kini
Atapupu bak gadis manis yang sedang dan terus merias diri menjadi Kota Pelabuhan yang semakin ramai dan maju.
Kini posisi pelabuhan Atapupu kian strategis seiring perkembangan dengan adanya negara Republik Demokratik Timor Leste.
Atapupu termasuk pelabuhannya kini semakin berkembang. Atapupu mulai tampil sebagai Kota Pelabuhan karena hampir setiap hari ada kapal yang singgah di Atapupu, baik menurunkan penumpang maupun bongkar muatan.
Kini Atapupu telah merayakan 140 tahun berdirinya Paroki Stelamaris Atapupu berdasarkan perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1883).
Keramaian "Kota Atapupu" semakin lengkap dengan berdiri megahnya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Mota Ain.
Maka menjadi lebih lengkap lagi bila orang mau berkunjung ke PLBN yang kini sudah dipercantik pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Para pengunjung dapat menyinggahi pelabuhan Atapupu dan beberapa tempat wisata yang penting di seputaran Atapupu yaitu Pantai Pasir Putih (Pasir Putih Beach); Sukaerlaran Beach; Gereja Stela Maris Atapupu; Gua Maria Ularo; dan Patung Bunda Maria Pelindung Segala Bangsa Gurita.
Jadi kalua dulu Atapupu menjadi tempat berkumpulnya para budak; kini Atapupu telah menjadi tempat berkumpulnya orang-orang bebas untuk masuk dan keluar dari Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Selamat menikmati perjalanan ke RDTL melewati Atapupu, kota pelabuhan yang kecil namun makin memikat, bukan lagi karena cendana yang haru mewangi dari Timor, tetapi tempat-tempat wisata yang makin membuat kita terpesona pada keagungan Sang Pencipta. ***
Atambua: 07.08.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H