Apa Itu Sampah
Persoalan sampah tidak pernah akan berakhir sebab hampir seluruh kehidupan menusia selalu bersentuhan dengan sampah. Ada bermacam-macam jenis sampah. Ada sampah  plastik, ada sampah dedaunan.Â
Ada sampah padat, ada juga sampah cair. Ada jenis sampah yang berbahaya, tetapi ada juga yang bisa diolah kembali. Bahkan menurut penelitian, sebagian besar sampah itu dihasilkan dari rumah tangga.
Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupada zat organik  atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi.
Secara umum, sampah dapat dibagi atas tiga jenis yaitu berupa sampah organik; sampah non organik; dan sampah berupa bahan berbahaya dan beracun (B3).Â
Yang termasuk sampah organik adalah sisa-sisa makanan, dedaunan, dan ranting-ranting pohon; yang sifatnya mudah terurai di alam melalui proses pembusukan.Â
Yang termasuk sampah non organik itu adalah  sampah yang sifatnya lebih sulit untuk diurai oleh alam seperti sampah-sampah plastik, kaleng bekas, dan styrofoam.
Sedangkan yang termasuk sampah limbah B3 adalah semua bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa-sisa kemasan dari plastik, kaleng, tumpahan minyak/oli, dan sisa proses yang umumnya memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
Mengapa sampah berserakkan di mana-mana?
Namanya juga sampah atau limbah sudah pasti berbahaya bagi kesehatan. Ada yang tingkat bahayanya sedikit, sedang, tetapi ada juga yang sangat berbahaya, bila dibiarkan berserakkan atau tidak ditangani dengan baik.
Umumnya sampah itu berserakkan karena ulah manusia yang tidak menghargai kebersihan. Membuang sampah sembarangan. Menurut pengamatan penulis, sampah berupa sisa air minum dalam kemasan plastik selalu berserakkan atau dibuang begitu saja di tanah/lantai pada saat makan bersama pada hajatan atau pesta.
Sebagai contoh, di Timor, lihat saja berapa banyak gelas bekas air minum dalam kemasan yang harus dipilih oleh anak-anak atau tuan rumah/pesta, ketika usai makan dan harus melanjutkan acara ramah tama dengan melantai atau acara bebas.
Mengapa sampah tidak boleh dibakar?
Pemandangan umum di mana-mana, orang selalu menangani sampah dengan cara membakar. Pada hal membakar bukanlah cara yang tepat. Sebab dengan membakar, kita menambah penyakit bagi manusia. Asap dari pembakaran sampah itu akan menyebabkan bau tak sedap. Apalagi sampah yang dibakar terdiri dari bahan karet atau plastik akan menyebabkan polusi udara.
Tidak hanya berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan, membakar sampah tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. Karena itu, membakar sampah sembarangan bisa dipidana dan didenda.
Menurut Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013, pasal 30 ayat b, sanksi denda terhadap orang yang tidak melakukan pengelolaan sampah secara tepat, seperti membuang dan membakar sampah sembarangan akan dikenakan denda Rp 500ribu.
Penulis punya sebuah pengalaman menarik mengenai membakar sampah.Â
Pada suatu hari, kantor tempat penulis bekerja melakukan kerja bakti dalam rangka Aksi Puasa Pembangunan. Seorang teman penulis yang kini sudah purnatugas alias pensiun, membakar tumpukan sampah di samping kantor. Asap putih hitam mengepul karena sampah yang dibakar itu terdiri dari plastik, ban bekas dan masih agak basah.
Melihat asap yang mengepul putih kehitaman itu menyebar di seluruh komplek kerja, keluarlah pimpinan kami dalam hal ini Bapak Uskup Atambua. Beliau memanggil orang yang membakar  dan mengurnya dengan keras, "Lain kali kalau engkau bakar lagi sampah seperti ini, saya akan masukkan engkau dalam api supaya ikut terbakar juga!"
Dan sejak saat itu, hingga sekarang, tidak ada lagi orang yang membakar sampah sembarangan. Malahan kami telah memiliki sebuah bak pupuk kompos hasil olahan sampah organik kami. "Luar biasa, sebuah ajakan yang keras, namun langsung menyadarkan agar orang tidak boleh membakar sampah sembarangan".
Selain itu, membakar sampah juga bisa berakibat fatal. Berawal dari membakar sampah sampai menyebabkan kebakaran rumah. Ada banyak pengalaman terjadi.
Bagaimana seharusnya?
Mengutip dari kejarmimpi.id ada sekurang-kurangnya tiga  (3) cara  yang lebih baik dan tepat dalam mengelola sampah untuk melawan membakar sampah sembarangan, yakni:
Pertama, Kita perlu sediakan tempat sampah terpisah untuk sampah organik dan anorganik. Pada masing-masing tempat sampah itu perlu ditulis jelas, bukan hanya menggunakan simbol sampah organik dan anorganik. Untuk sampah organik (sisa bahan makanan dan daun-daunan), dan untuk sampah anorganik (plastik dan kertas).Â
Kedua, Kita perlu belajar untuk mendaur ulang sampah anorganik kering. Â Bagaimana caranya? Secara sederhana dan bisa dilakukan di mana saja, misalnya botol bekas bisa kita pakai jadi pot bunga atau media tanam.Â
Ketiga, Kita bisa mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos.
Nah inilah cara yang paling tepat untuk mengelola sampah rumah tangga berbahan organik yang paling ramah lingkungan. Â Sejak pimpinan kantor kami memarahi seorang anggota staf kami gara-gara ia membakar sampah, mulai saat itu kami beralih membuat bak sampah gali dan kemudian mengisinya dengan semua sampah daun-daunan dan mengolahnya menjadi kompos yang dipakai untuk pertanian dan perkebunan.
Itulah sebuah pengalaman menarik bagaimana mengubah kebiasaan membakar sampah sembarangan, menjadi mengolah sampah menjadi pupuk kompos yang berguna.
Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.
Atambua: 26.06.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H