Keragaman dan lintas budaya itu juga tercermin dengan pernyataan bahwa ketika mendengar bunyi itu, berkerumunlah banyak orang. Ini tentu sebagaimana biasanya kalau terjadi peristiwa alam seperti itu banyak orang yang berkerumun, mungkin ada yang sekedar ingin tahu apa yang terjadi.
Akan tetapi penulis kisah ini mengatakan bahwa orang-orang banyak itu bingung, karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berbicara dalam bahasa mereka. Karena itu mereka semua tercengang-cengang dan heran.
Bahkan ada yang berkata, "Bukankah mereka yang berbicara itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita, yang terdiri dari orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Mesir dan lain-lain.
Artinya Apa Ini?
Peristiwa yang terjadi 2000 tahun silam itu menunjukkan bahwa perayaan Pentakosta merupakan perayaan besar yang meliputi seluruh bangsa manusia dari berbagai ragam budaya dan bahasa.
Karena itu umat Kristiani menghayati makna perayaan ini sebagai:
Pertama, Hari Raya Kelahiran Gereja Kristen
Gereja Kristen beranggotakan berbagai suku, budaya dan bahasa. Kata Gereja menunjuk kepada orang-orang yang dipanggil Allah dan berkumpul bersama dari setiap penjuru dunia.Â
Jadi Gereja menunjukkan keragaman keanggotaan. Gereja itu milik semua orang. Siapa saja boleh menjadi anggota. Terbuka kepada semua orang.
Kedua, Keragaman dan lintas budaya
Kini pada hari Pentekosta, umat Kristiani di mana saja berada mengungkapkan keberagaman budaya itu dengan berpakaian atau berkostum daerah masing-masing.Â
Jadi pada hari Pentakosta itu semua umat Kristen yang menghadiri perayaan itu memakai kostum atau pakaian daerah. Misalnya di Paroki Santo Antonius Padua Nela, umatnya terdiri dari orang Tetun, Dawan, Manggarai, Nagekeo, Jawa, dan Batak.Â