Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bali, Turis, dan Budaya Kita

29 Mei 2023   11:06 Diperbarui: 2 Juni 2023   09:01 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisatawan mengendarai motor di Bali. (Dok. Shutterstock/Artem Beliaikin via kompas.com)

Para wisman ini bukan hanya melakukan keonaran, tetapi tidak tanggung-tanggung mereka menyalahgunakan visa yang mereka miliki hanya datang sebagai wisata, justru malah menggunakan visa untuk melakukan bisnis.  

Naifnya lagi mereka tidak tanggung-tanggung mengambil lapak  usaha masyarakat setempat untuk usaha mereka. Wah ini yang jadi soal berat.

Ilustrasi Wisman di Bali. (sumber: infopublik.id)
Ilustrasi Wisman di Bali. (sumber: infopublik.id)
Bagaimana kita menyikapinya?

Dari pembiaran kepada sikap tegas. Mungkin para wisman melakukan hal itu karena selama ini terkesan ada pembiaran. Mereka tidak ditegur atau disanksi karena kita takut kehilangan 'dolar' mereka.

Seolah-olah 'orang Bali' tidak bisa hidup tanpa wisman. Karena itu mereka (wisman) seenaknya saja melakukan hal-hal yang bahkan melawan hukum. 

Atau kemungkinan lain bahwa sekarang ini baru ketahuan mereka membuat onar karena adanya kontrol dari media sosial. 

Untuk itu kita patut berterima kasih karena melalui kontrol media sosial, akhirnya persoalan ini bisa muncul kepermukaan dan bisa didiskusikan untuk mencari jalan keluar.

Para wisman yang melakukan keonaran harus diberi sanksi supaya memberi efek jera kepada para wisman lain, agar mereka tidak menganggap remeh bangsa kita, khususnya di Bali hanya karena mereka 'membawa' dolar ke Indonesia.

Bahkan bila mereka menyalahgunakan visa pariwisata dengan melakukan bisnis, mereka mesti dilaporkan dan bahkan dideportasi kembali ke negara asalnya.

Sebagai bangsa Indoensia (dan orang Bali) yang berbudaya dan beradab, kita perlu menyikapi persoalan yang meresahkan dari para wisman ini dengan bijaksana, namun perlu tegas agar bangsa kita tidak dipermainkan oleh bangsa lain. Dalam hal ini tidak memandang kita sebagai bangsa yang lemah!

Demikian beberapa pikiran. Kiranya bermanfaat. Terima kasih kepada para Kompasianer yang telah membaca tulisan sederhana ini.

Atambua: 29.05.2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun