Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Tarian Bonet antara Hentakan Kaki dan Pantun Bersahut-Sahutan di Bulan Purnama

8 Mei 2023   08:19 Diperbarui: 8 Mei 2023   08:30 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tarian bonet dijadikan tarian massal (pos kupang.com)

Dewasa ini seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan adanya berbagai kemajuanmedia sosial  semakin melemahkan hidup bermasyarakat.

Tarian Bonet hanya diminati oleh kaum tua. Sementara banyak kaum muda tidak berminat lagi untuk berpartisipasi dalam tarian tersebut. Selain karena geraknya yang cukup sulit, penggunaan bahasa daerah dalam berpantun juga menjadi kesulitan tersendiri. Karena itu pada kesempatan ini, melalui media tulisan ini saya mengajak para orang tua peminat dan penari Bonet untuk selalu mengajak orang muda untuk ikut menari bonet dan sekaligus melatih mereka untuk ikut melestarikan tarian bonet ini ke depan.

Kepada para kawula muda Timor, khususnya Timor bagian barat, mari kita ikut terlibat untuk melestarikan tarian bonet, supaya kelak anak-cucu kita pun tahu bahwa tanah Timor kaya dengan aneka tarian daerah. Jangan sampai tarian bonet hilang atau punah karena ditinggalkan oleh anak cucunya sendiri.

Kepada para guru di Sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA/K, mari kita jadikan tarian bonet sebagai salah satu tarian pilihan untuk dikembangkan di sekolah.

Kepada para pencinta dan pencipta tarian Timor, cobalah anda memodifikasi musik yang bisa dipakai untuk menari bonet tanpa mengurangi nilai dan pesan moral yang ada dalam tarian bonet tersebut. "Sebab kalau bukan sekarang, kapan lagi, dan kalau bukan kita, siapa lagi", demikian kata Ben Mboy (1935-2015), Gubernur NTT periode 1978-1988.

Atambua: 08.05.2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun