Tarian bidu mulai diciptakan dalam ragam-ragam tertentu, misalnya tarian bidu dengan motif menenun kain, mulai dari menanam kapas hingga menenun dan menghasilkan kain bete atau tenun untuk dipakai oleh laki-laki dan perempuan Timor.Â
Ada juga tarian bidu dengan motif pertanian, bagaimana para penari memperagakan cara-cara bercocok tanam yang benar. Â Diharapkan melalui tarian, orang dapat belajar untuk memahami sesuatu secara baik, benar dan tepat.
Lima: Sebagai Ajang Pencarian Jodoh
Seperti sudah dikemukan di atas, bahwa tarian Bidu atau Bilut ini biasanya dilaksanakan pada saat penyambutan tamu atau untuk menghibur raja-raja.Â
Pada zaman dulu, tarian bidu biasanya dipakai juga untuk mencari jodoh. Para pemudi yang tampil menari berusaha menarik hati para pemuda yang sedang menonton.Â
Dalam praktek, biasanya para pemudi yang menari menggunakan asesoris budaya dan biasanya mereka tidak mengenakan baju alias telanjang dada. Karena itu sering penampilan mereka yang memesona, membuat para lelaki yang sedang mencari jodoh akan melemparkan bunga.Â
Bila bunga yang dilemparkan itu mengenai gadis pilihannya, maka itulah yang akan menjadi jodohnya. Maka si gadis akan berhenti menari dan menemui lelaki yang telah 'melempari'nya itu.
Nilai di Balik Tarian Bidu atau Bilut
Bagi orang Timor, menari merupakan kegemaran mereka. Segala sesuatu bisa diungkapkan dengan tarian dan nyanyian.Â
Seorang penulis Timor bernama Alexander Un Usfinit (2003) pernah mengatakan bahwa dalam budaya Timor, setiap upacara atau kegiatan sehari-hari selalu disertai dengan gerak dan tari serta pakaian dengan perlengkapan-perlengkapan yang khas Timor.