Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Yoh 17: 20-21
Penggalan Doa Yesus, Isa Almasih dalam Injil Yohanes ini menjadi inspirasi bagi pelaksanaan Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Persatuan Umat Kristiani.
Ada apa dengan umat Kristen?
Disadari bahwa sepanjang sejarah Gereja, sejak lahirnya hingga sekarang ini, gereja sudah beberapa kali mengalami perpecahan. Perpecahan itu terjadi karena perbedaan pendapat mengenai suatu ajaran atau doktrin tertentu.
Perpecahan besar dalam gereja pertama terjadi pada tahun 1045 yang disebut Skisma Barat atau Skisma Kepausan. Perpecahan ini terjadi karena adanya perbedaan doktrin mengenai rumusan pengakuan iman yang kemudian dikenal dengan Credo Nicea-Konstantinopel. Perpecahan ini menyebabkan Gereja Katolik terbagi menjadi dua yaitu adanya Gereja Barat dan Gereja Timur. Yang termasuk Gereja Barat itu adalah Inggris, Perancis dan Italia (Roma) dan  negara-negara  Skandinavian yang disebut Gereja Katolik Roma. Sedangkan Gereja Timur adalah Yunani, Rusia, Suriah dan Mesir yang disebut Gereja Ortodoks.
Skisma Barat atau Skisma Kepausan  dalam Gereja Katolik Roma ini terjadi selama periode 1378 hingga 1417. Skisma ini berakhir dengan diadakannya Konsili Konstanz pada tahun 1414 hingga 1418.
Perpecahan besar kedua terjadi pada 1517 atau yang dikenal dengan Reformasi Protestan. Reformasi Protestan ini diprakarsai oleh Martin Luther dan kemudian dilanjutkan oleh Yohanes Calvin dan Ulrich Zwingli serta beberapa tokoh reformasi Protestan lainnya di Eropa.
Dan perpecahan besar yang ketiga atau terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan gereja-gereja yang ada dalam Kerajaan Inggris dari Persekutuan dengan Paus di Roma karena permintaannya untuk menikah lagi sementara istrinya masih hidup ditolak Paus. Kelompok gereja-gereja Inggris ini kemudian dikenal dengan nama Gereja Anglikan.
Inilah yang disebut sebagai masa-masa kelam Gereja Kristus.
Adanya pekan doa sedunia bertujuan untuk mendoakan persatuan gereja-gereja kristen di dunia untuk kembali kepada semangat Injili Yesus Kristus sendiri sesuai Yoh 17:20-21.
Menurut sejarah pekan doa sedunia khususnya di bumi belahan utara, biasanya dilaksanakan  pada tanggal 18-25 Januari setiap tahunnya.
Pada tahun 1894 Paus Leo XIII mendorong adanya kebiasaan untuk menyelenggarakan suatu pekan Doa untuk kesatuan gereja-gereja dalam kerangka Pentekosta. Berangkat dari dorongan Paus Leo XIII itu, pada tahun 1908 Pastor Paul Wattson SJ mengusulkan dimulainya suatu pekan doa terorganisir yang diberi nama "Pekan Doa Sedunia Untuk Kesatuan Gereja".
Usulan Pastor Paul Wattson itu kemudian ditanggapi secara positif sekali oleh Dewan Gereja-Gereja sedunia tahun 1926 melalui gerakan Faith and Order yang menerbitkan adanya saran-saran untuk suatu Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani.
Sejak saat itu setiap tahun diadakan pekan doa bersama dengan keterlibatan para pimpinan Gereja di antaranya Paus Paulus VI melakukan doa bersama Batrik Athenagoras I melambungkan doa Yesus "Ut Omnes Unum Sint" (Yoh 17), hingga lahirnya Dekrit Ekumenisme Konsili Vatikan II  yang menandaskan bahwa doa merupakan jiwa dari gerakan ekumenis, maka  dekrit "Unitatis Redintegratio" (1964) mendorong Pekan Doa Sedunia terus dilaksanakan hingga terwujudnya Doa Kristus tersebut.
Makna Pekan Doa Sedunia
Menurut Pastor Feliks Mikel Kosat, SVD, Vicaris Judicial Gereja Katolik Keuskupan Atambua Timor, Gereja Katolik mengajarkan melalui Kitab Hukum Kanonik (KHK) bahwa kita sebagai Gereja menginginkan suatu persatuan yang penuh atau Full Communion yang meliputi kesatuan di dalam kepemimpinan, Iman dan Sakramen.Â
Jalan panjang menuju kesatuan untuk mewujudkan 3 (tiga) pokok full communion itu penuh tantangan.Â
1. Adanya pengakuan semua umat Kristiani akan satu pemimpin tertinggi Gereja Kristus dalam hal ini Paus di Roma;
2. Adanya kesatuan dalam ajaran menyangkut 7 (tujuh) sakramen Gereja.
3. Adanya kesatuan dalam ajaran mengenai Iman Kristiani dan Tradisi suci gereja.
Ketiga pokok yang menjadi cita-cita bersama Gereja-gereja ini masih menjadi mimpi yang diharapkan suatu saat akan menjadi kenyataan, apakah ini suatu utopia?
Bagi Allah tidak ada yang mustahil!
Pekan doa sedunia untuk persatuan umat Kristen merupakan suatu tradisi tahunan umat Kristiani sebagai upaya untuk menjaga kesatuan di dalam Tubuh Kristus yaitu Gereja.
Di dalam pelaksanaan PDS ini, ada sekurang-kurangnya 3 (tiga) hal yang bisa dilaksanakan yakni:
Pertama, Doa bersama selama sepekan dengan satu ujud atau intensi: Mohon Kesatuan di antara Gereja-Gereja Kristen.Â
Doa merupakan jiwa dari keseluruhan gerakan ekumenisme dalam gereja. Tanpa doa, sia-sialah upaya ekumenisme itu dilaksanakan. Karena itulah maka disebut Pekan Doa bersama.
Kedua, pertukaran mimbar untuk berkotbah dan pewartaan sabda.
Kotbah merupakan upaya pencerahan iman melalui pewartaan Firman agar  uamt semakin menerima dan menghayati firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Dalam upaya ekumenis ini banyak gereja melakukan pertukaran mimbar. Misalnya Gereja Katolik mengundang seorang Pendeta dari Gereja Protestan untuk berkotbah dan sebaliknya seorang imam dari Gereja Katolik dapat berkotbah di Gereja Protestan.
Praktek pertukaran mimbar ini sekurang-kurangnya sudah dilakukan pada gereja-gereja di Keuskupan Atambua beberapa waktu lalu ketika masih terbentuk Forum Kerjasama antar Pimpinan Agama (FKPA).
Ketiga, Konferensi atau pengajaran bersama melalui berbagai seminar atau lokakarya.
Praktek ini pun sudah dilaksanakan beberapa waktu lalu oleh Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Atambua melalui seminar dan lokakarya Kitab Suci bersama yang menghadirkan Imam dan Pendeta sebagai pembicara atau narasumber.Â
Penulis sendiri pernah bertugas sebagai Sekretaris Komisi HAK Keuskupan Atambua menghadirkan Pendeta Dr. Andreas Anangguru Yewangoe, dari Gereja Kristen Sumba untuk berbicara dalam seminar sehari yang diselenggarakan oleh Komisi HAK dalam rangka dialog ekumenis bersama Uskup Mgr. Anton Pain Ratu SVD pada tahun 2002.
Tema Pekan Doa Sedunia tahun 2023 adalah "Do Good, Seek Justice" (Yes 1: 17) yaitu  Belajarlah Berbuat Baik, dan Usahakanlah Keadilan.
Tugas gereja-gereja sejak awal, sekarang dan sampai kapan pun adalah melakukan perbuatan baik dan mengusahakan keadilan. Mampukah para peserta atau umat yang mengikuti Pekan Doa Sedunia pada tahun 2023 ini berbuat baik dan mengusahakan keadilan?
Apakah di tengah Krisis Global dan resesi ekonomi saat ini, gereja-gereja mampu mengupayakan kebaikan bersama dan keadilan di tengah dunia, di mana keadilan masih menjadi mimpi?
Semoga Doa Kristus dalam Pekan Doa Sedunia untuk persatuan umat Kristiani semakin cepat terwujud melalui kerja sama bukan hanya di atas kertas kesepakatan, tetapi menjadi komitmen bersama untuk diwujudnyatakan.Â
Semoga bermanfaat bagi semua!
Atambua, Hari Kedua Pekan Doa Sedunia, 19.01.2023
Sumber Referensi:
1) https://tulussudarto.wordpress.com/2023/01/19/perpecahan-gereja
2)Adi Putra, M.Th: Perpecahan Dalam Gereja, Ulasan Biblika terhadap 1 Korintus 1: 10-13
3) https://keuskupanatambua.org/memaknai pekan doa sedunia untuk persatuan umat kristiani/19/1/2023
4) https://majalahinspirasi.id/tema pekan doa sedunia untuk persatuan umat kristiani/19/1/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H