Usulan Pastor Paul Wattson itu kemudian ditanggapi secara positif sekali oleh Dewan Gereja-Gereja sedunia tahun 1926 melalui gerakan Faith and Order yang menerbitkan adanya saran-saran untuk suatu Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani.
Sejak saat itu setiap tahun diadakan pekan doa bersama dengan keterlibatan para pimpinan Gereja di antaranya Paus Paulus VI melakukan doa bersama Batrik Athenagoras I melambungkan doa Yesus "Ut Omnes Unum Sint" (Yoh 17), hingga lahirnya Dekrit Ekumenisme Konsili Vatikan II  yang menandaskan bahwa doa merupakan jiwa dari gerakan ekumenis, maka  dekrit "Unitatis Redintegratio" (1964) mendorong Pekan Doa Sedunia terus dilaksanakan hingga terwujudnya Doa Kristus tersebut.
Makna Pekan Doa Sedunia
Menurut Pastor Feliks Mikel Kosat, SVD, Vicaris Judicial Gereja Katolik Keuskupan Atambua Timor, Gereja Katolik mengajarkan melalui Kitab Hukum Kanonik (KHK) bahwa kita sebagai Gereja menginginkan suatu persatuan yang penuh atau Full Communion yang meliputi kesatuan di dalam kepemimpinan, Iman dan Sakramen.Â
Jalan panjang menuju kesatuan untuk mewujudkan 3 (tiga) pokok full communion itu penuh tantangan.Â
1. Adanya pengakuan semua umat Kristiani akan satu pemimpin tertinggi Gereja Kristus dalam hal ini Paus di Roma;
2. Adanya kesatuan dalam ajaran menyangkut 7 (tujuh) sakramen Gereja.
3. Adanya kesatuan dalam ajaran mengenai Iman Kristiani dan Tradisi suci gereja.
Ketiga pokok yang menjadi cita-cita bersama Gereja-gereja ini masih menjadi mimpi yang diharapkan suatu saat akan menjadi kenyataan, apakah ini suatu utopia?
Bagi Allah tidak ada yang mustahil!
Pekan doa sedunia untuk persatuan umat Kristen merupakan suatu tradisi tahunan umat Kristiani sebagai upaya untuk menjaga kesatuan di dalam Tubuh Kristus yaitu Gereja.
Di dalam pelaksanaan PDS ini, ada sekurang-kurangnya 3 (tiga) hal yang bisa dilaksanakan yakni:
Pertama, Doa bersama selama sepekan dengan satu ujud atau intensi: Mohon Kesatuan di antara Gereja-Gereja Kristen.Â
Doa merupakan jiwa dari keseluruhan gerakan ekumenisme dalam gereja. Tanpa doa, sia-sialah upaya ekumenisme itu dilaksanakan. Karena itulah maka disebut Pekan Doa bersama.