***
Sekedar cerita pengalaman. Saya mohon maaf sebelumnya. Pada tahun 1994, untuk pertama kalinya saya tiba di Kota Jogjakarta. Saya diantar oleh seorang keponakan yang kuliah di Jogja saat itu ke Malioboro. Dalam perjalanan ke Malioboro itulah untuk pertama kali pula saya mengenal yang dinamakan 'pengemis'. Maaf. Waktu itu di Timor belum ada yang melakukan aktus mengemis seperti itu.Â
Sebagai orang dari Timur, melihat orang meminta-minta seperti itu, saya merasa kasihan. Secara spontan saya merogo saku dan dompet untuk memberi uang kepadanya. Saya mengambil selembar uang seribu rupiah untuk memberi kepadanya. Spontan keponakanku itu menarik tangan saya, "Jangan om, terlalu banyak itu. Beri 100 perak saja kalau mau, soalnya banyak orang yang meminta-minta. Nanti uang Om habis!"
Begitu tiba di Malioboro, pemandangan menjadi lain lagi. Saya melihat di sudut emperan toko, seorang bapak yang nyaris tak punya tangan duduk sambil meminta-minta. Lagi-lagi, saya iba melihatnya. Tapi pemandangan ini bukan hanya di satu tempat. Hampir di seluruh bagian Malioboro ada pengemisnya.
Pengalaman lain lagi ketika tahun 2005 saya berada lagi di kota Gudeg itu selama dua tahun untuk studi. Waktu itu saya indekost di Jalan Kaliurang Km.7. Menjelang bulan Puasa (maaf), saya menyaksikan kok ada mobil pik up menurunkan barisan pengemis di sepanjang jalan menuju Malioboro. Bahkan saya menyaksikan sendiri dengan mata kepala saya sendiri di Traffic light perempatan Monjali ada seorang ibu dari jarak sekira 20 meter, memberi komando kepada seorang bapak cacat yang didudukkan di pinggir jalan untuk mengangkat tangan meminta-minta kepada mobil yang berhenti pada saat lampu merah. Halahhh
Dari pengalaman ini, saya mengartikan pengemis sebagai orang atau sekelompok orang yang memperoleh penghasilan atau pemasukan dengan cara melakukan aksi meminta-minta di depan umum dengan berbagai cara dan alasan-alasan tertentu yang bertujuan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
***
Nah, bila topik pilihan kita adalah mengemis online berarti aktus mengemis yang dilakukan secara online, dalam hal ini menggunakan media sosial.
Tapi persoalannya adalah pengemis itu seharusnya adalah orang yang betul-betul tidak mempunyai sesuatu dan karena itu ia meminta-minta supaya dapat makan, minum, pakai dan lain-lain.Â
Lain kali, pengemis itu sekaligus adalah orang cacat, yang secara fisik tidak bisa bekerja untuk mendapatkan sesuatu dan tidak ada cara lain  selain ia meminta-minta. Karena itulah orang merasa iba, lalu membantu dengan setulus hati, karena adanya keyakinan bahwa "dengan memberi, ia akan menerima".
Persoalan mengemis online adalah suatu aksi baru yang mulai marak karena orang menggunakan media sosial untuk meminta-minta. Itu artinya 'pengemis kaya, karena punya hape android".Â