Pertama, Prosedur kepengurusan SIM secara offline atau manual, peluang untuk mendapatkan SIM tanpa memiliki kemahiran dalam mengemudi kendaraan, termasuk memahami rambu-rambu lalulintas.
Sebagai contoh. Sekira tahun 1997. Waktu itu saya pergi mengurus SIM. Saya disuruh oleh petugas untuk membaca dan menjawab ujian tertulis sesuai prosedur yang tertera dan tertempel pada papan informasi. Setelah saya mengisi atau menjawab ujian tertulis dan menyerahkan kepada petugas, saya diminta untuk datang lagi besok pagi.Â
Keesokan harinya saya pergi lagi dan mendapatkan petugas yang sama, lalu map yang berisi ujian tertulis saya diserahkan kembali, katanya: "Coba lihat ulang, jangan sampai masih ada yang salah!"
Saya pun mengoreksinya dan menyerahkan kembali kepada petugas. Setelah sekira lima hari saya pergi pulang Kantor Satlantas, namun belum mendapatkan SIM. Sementara saya masih di tempat ujian tertulis yang sama, ada beberapa orang keluar membawa SIM yang sudah jadi. Pada hal beberapa hari ini, saya tidak pernah melihat mereka membuat ujian tertulis.Â
Lalu secara spontan saya bertanya kepada petugas, "Kenapa mereka langsung dapat SIM, pak?"Â
Jawab petugas waktu itu: "Ya, kalau mau cepat dapat SIM, harus tambah uang rokok!"
Saya hanya protes saja, "Kalau begitu mengapa tidak memberitahu saya dari kemarin?" Lalu selanjutnya proses SIM selelsai!
Maaf, saya tidak bermaksud untuk menyoroti tambahan uang rokok tadi, tetapi prosedur yang memberi kemudahan inilah yang menjadi pintu masuk bagi perilaku berlalulintas yang tidak cerdas.Â
Karena orang mendapatkan SIM dengan jalan pintas atau dengan gampang, maka jangan heran kalau ia tidak menghargai rambu-rambu lalulintas di jalan!
Kedua, Â Masih ada mentalitas kompromis dalam pengadaan SIM, ada orang tertentu yang diberi kemudahan oleh petugas, entah keluarga, pejabat atau alasan tertentu. Â Maka bisa jadi ditambah dengan mental tidak disiplin dan ketaatan berlalulintas yang lemah menyebabkan berbagai praktek tak cerdas berlalulintas itu.
Berdasarkan proses kepemilikan SIM di atas, menurut saya menjadi salah satu pemicu perilaku tidak disiplin berlalulintas, selain memang karena ketidakdisiplinan pribadi yang seharusnya sudah tertanam mulai dari keluarga.