Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikmatnya Rokok dan Pengaruhnya pada Kesehatan

5 November 2022   18:05 Diperbarui: 5 November 2022   18:25 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi naiknya cukai rokok (sumber: cnn indonesia)

Kalau seseorang yang bukan perokok membaca peringatan pemerintah pada bungkus rokok sudah pasti akan merasa takut. Apalagi gambar yang ditampilkan boleh dikatakan sangat mengerikan. Bayangkan saja merokok dapat mengakibatkan lubang pada tenggorokan seseorang. Sungguh sangat mengerikan dan menakutkan melihatnya.

Tetapi itu tidak terjadi pada seorang perokok. Peringatan pemerintah perihal bahaya merokok dianggapnya angin lalu saja. Mereka tetap membeli rokok dan mengisapnya, meskipun tulisan peringatan terang-terang ada pada bungkusan rokok tersebut.

Ada seorang perokok yang pernah secara guyon mengatakan, "Merokok mati, tidak merokok pun mati. Lebih baik merokok sampai mati!"  Saya tahu guyonan seperti ini sangat tidak mendidik, terutama pada generasi muda yang masih polos di mana mereka perlu dibimbing untuk bisa menghindarkan diri dari bahaya merokok itu. 

Tapi apa boleh buat, di tengah zaman yang terlalu menekankan kebebasan individu tersebut, kita hargai saja pendapat yang demikian.

Kemarin, saya bertamu pada rumah tetangga yang kebetulan juga tidak merokok. Setelah kami berbincang-bincang seadanya, datanglah seorang tetangga lain yang termasuk seorang perokok berat. Sambil terbatuk-batuk ia menarik dalam-dalam sebatang rokok.

Spontan pemilik rumah berkata, "Batuknya oho-oho, tapi tidak bisa lepas rokok!" Spontan pula ia menjawab bahwa merokok itu sesuatu yang sangat nikmat. "Dan itu kamu yang tidak merokok tidak bisa merasakannya", katanya.

Setelah mendengar jawaban sang perokok tersebut, penulis berusaha untuk mencari referensi ilmiah yang menjelaskan tentang nikmatnya rokok itu. Penulis berusaha mencari pada buku-buku dan berselancar pada internet. Apakah yang menyebabkan nikmat pada rokok itu?

Seorang Peneliti dari University of Bristol menemukan jawaban atas pertanyaan apakah alasan ilmiah nikmatnya rokok itu. Jawaban itu katanya diperoleh setelah ia mengamati kebiasaan merokok sambil minum kopi.

Penelitian yang dilakukan terhadap 250.000 partisipan yang tersebar di tiga negara: Inggris, Norwegia dan Den Mark itu, akhirnya menyimpulkan bahwa seorang perokok sudah pasti seorang peminum kopi. Maka, menurut Prof. Marcus Munafo, mereka yang perokok akan lebih banyak juga mengonsumsi kopi, dan hal itu hanya terjadi bila mereka sedang merokok. 

Lain lagi dengan penelitian yang dilakukan dengan kocak oleh Memet sebagaimana dikabarkan dalam TINTAJABAR.COM mengatakan meskipun rokok itu merupakan racun, namun merokok itu nikmat. "Rokok emang nikmat. Merokok emang menambah konsentrasi", katanya. Karena itulah maka lebih dari 50% pelajar SMP dan SMA sudah mulai mencoba dan bahkan menjadi pencandu rokok.

Lalu apa sih yang menyebabkan rokok itu nikmat? Kenikmatan rokok itu sebenarnya semata-mata sementara. Ia kira-kira sekelas dengan narkoba. Karena itu menurut para penikmat rokok, kenikmatannya terletak pada tiga hal berikut:

Pertama, menurut para perokok, nikmatnya rokok adalah mampu memberikan ketenangan bagi jiwa dan pikiran seorang perokok. 

Ini karena nikotin yang terdapat dalam rokok. Selanjutnya ketika berada di otak, nikotin menempati area yang disebut Brain Pleasure System. Bila reseptor di area otak tersebut dirangsang oleh nikotin, maka akan timbul rasa nikmat dalam waktu tertentu, sehingga setelah rasa nikmat berkurang, seseorang akan kembali menghisap rokok lagi.

Kedua, nikmat atau enaknya rokok terletak pada rasa cengkeh yang terdapat pada rokok itu. Rasa harum cengkeh pada batang rokok menyebabkan perokok asyik menikmatinya. Maka menikmati rokok juga dapat melancarkan ide-ide saat sedang mengerjakan sesuatu. 

Menurut para perokok, kreativitas akan muncul dari saat-saat menghisap tembakau itu. Hal ini juga bisa dibenarkan karena justru banyak tokoh besar dunia dan seniman memang berasal dari seorang perokok.

Ketiga, nikmatnya rokok dapat mengikat dan menghangatkan relasi dan silaturahmi baik dengan sesama teman maupun dengan keluarga. Biasanya di kalangan para perokok, terlihat asyiknya ketika mereka berbagi rokok dan sekaligus menikmati minuman entah kopi atau sesekali juga bir sambil ngobrol tentang apa saja. Hal ini tentu saja menambah memperkuat ikatan persaudaraan dan kekeluargaan.

Selain ketiga hal di atas, harus diwaspadai bahwa rokok pada dasarnya mengandung ribuan bahan racun yang siap untuk merusak tubuh kita secara cepat maupun perlahan. Penyakit jantung dan kanker merupakan penyebab kematian yang bisa saja diakibatkan oleh rokok.

Karena rokok mengandung nikotin yang membuat nikmat sekaligus membuat seorang perokok akan ketagihan. Untuk itu, sebaiknya kita berusaha untuk menjauhi rokok, mematuhi peringatan pemerintah dan secara ekonomis mengurangi pengeluaran keluarga karena naiknya harga cukai rokok. 

Maka lebih baik tidak merokok dan tetap sehat, daripada merokok dan sakit.  Dengan naiknya harga rokok sebenarnya pemerintah bermaksud untuk semakin menekan jumlah perokok aktif dan dengan demikian harga yang harus dibayar oleh karena merokok yaitu penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Dengan naiknya cukai rokok sebagai peringatan pemerintah supaya kita semakin mengurangi rokok.

Semoga tulisan sederhana ini menjadi pelatuk untuk memacu kita mengurangi asap rokok yang sangat berbahaya bagi para perokok pasif. 

Semoga bermanfaat.

Atambua: 05. 11. 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun