PULAU Timor merupakan salah satu pulau kecil saja di Indonesia, namun pulau ini sangat kaya dengan bahasa dan motif kainnya. Lihat saja di pulau ini terdapat sejumlah bahasa daerah seperti Bahasa Timor sendiri atau yang biasa disebut bahasa Dawan atau mereka lebih suka disebut Atoni. Ada bahasa Helong, Tetun, Bunaq (Marae), Kemak, juga Mambai dan Guloli di Timor Leste.Â
Umumnya Orang Timor yang tinggal di bekas kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Timor seperti Miomaffo, Insana dan Biboki, mereka lebih suka menyebut dirinya Atoni Pah Meto yang artinya orang-orang yang mendiami tanah kering.Â
Untuk itulah pada kesempatan ini penulis akan menguraikan tentang asal usul sebuah nama yang dikenal dengan Atoni Pah Meto itu.
Arti Sebuah Nama
Menurut H. G. Sculte Nordholt, nama Atoni Pah Meto yang diberikan kepada orang-orang Timor yang mendiami bagian tengah pulau Timor yaitu Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan yang berbahasa Dawan, karena pada waktu lalu, ketika datangnya bangsa penjajah yaitu Belanda, ternyata orang-orang di bagian ini tidak mengenal ikan, apalagi nama-nama ikan.
Pertanyaannya mengapa suku-suku ini tidak mengenal ikan? Ternyata ada sekurang-kurangnya tiga alasan kenapa orang-orang Timor ini disebut Atoni Pah Meto. Pada hal suku-suku yang mendiami Pulau Timor ini bukan hanya mereka yang ada di Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan atau yang berbahasa Dawan saja.
Alasan pertama:Â Orang Dawan hanya bermatapencaharian petani/pekebun.Â
Orang Dawan tidak mengenal Laut (air). Mereka hanya kenal tanah kering atau daratan saja. Maka predikat "Atoni Pah Meto' ini mengindikasikan bahwa kelompok masyarakat suku ini memiliki budaya dan kebiasaan tertentu. Atoni Pah Meto umumnya memilih tinggal di daerah-daerah pegunungan untuk berkebun saja. Mereka lebih dikenal sebagai orang kering/darat, bukan orang basah/laut. Itulah sebabnya mengapa tidak ada orang Dawan atau dari daerah-daerah itu yang bermatapencaharian sebagai Pelaut atau Nelayan.
Alasan kedua: Ada suku-suku tertentu di daerah berbahasa Dawan ini yang tidak mengenal atau tidak makan ikan.
Masih menurut tesis Sculte Nordholt, mereka (orang-orang Timor) berusaha menghindar dari laut dan pantai karena mereka memiliki larangan untuk tidak makan ikan. Hal ini berhubungan dengan totemisme yang dianut atau diyakini oleh orang Dawan. Totemisme merupakan sistem kepercayaan yang menganggap bahwa hewan atau tumbuhan tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapataka kepada penganutnya.Â
Dengan kata lain, totemisme adalah pemujaan terhadap hewan atau tumbuhan tertentu yang diyakini memiliki sifat-sifat ilahi. Totem dapat berupa hewan seperti burung, ikan, binatang, atau tumbuhan. Â Orang Dawan yakin bahwa di dalam hewan atau tumbuhan tersebut ada leluhurnya. Karena itu mereka tidak boleh makan hewan atau tumbuhan tersebut.
Misalnya Suku Oematan yang tinggal di perbatasan dengan Ambenu dan sebagian kecil di TTS tidak makan ikan, baik ikan air laut maupun ikan air tawar karena mereka percaya bahwa ikan adalah reinkarnasi dari leluhur mereka.Â
Demikian pun suku Nitsae di Noemuti dan TTS, karena mereka biasa dipanggil "Tua Ikan atau Ama Ikan" maka mereka (terutama laki-laki) tidak makan ikan.Â
Alasan ketiga: Ada suku-suku tertentu di Timor Tengah ini yang tidak boleh melakukan perjalanan langgar laut.
Mengapa? Menurut legenda dari suku-suku tertentu di daerah Noemuti yang mengisahkan bahwa pada dahulu kalah ada pelanggaran tertentu sehingga menyebabkan terjadinya sumpah serapah akibatnya seluruh keturunan dari suku tersebut tidak boleh langgar laut. Perjanjian itu berbunyi: "kalau kemudian ternyata ada keturunanku yang langgar laut, maka dia akan mati!"Â
Misalnya suku Meol (de Melo) di Noemuti, pernah pada suatu saat mereka tidak diperkenankan untuk melakukan perjalanan langgar laut, karena dapat menyebabkan kematian.Â
Ada seorang dari keturunan mereka yang pada tahun 1970-an pergi studi di Flores (Ruteng), beberapa waktu kemudian meninggal dunia, lalu hal itu menjadi perbincangan serius.Â
Kemudian dicarikan jalan tengah supaya peristiwa serupa tidak boleh terjadi lagi. Berkat perkembangan zaman, maka banyak hal yang sudah diminimalisir atau bahkan dapat dikatakan tidak berlaku lagi.
Ya.... karena ketiga alasan itulah maka dalam tesis Sculte Nordholt, orang Dawan atau sebagian suku di Timor Barat disebut dengan predikat "Atoni Pah Meto".
Jadi pemberian nama Atoni Pah Meto kepada Orang Dawan, khususnya yang berada di Timor Tengah Utara dan sebagian Timor Tengah Selatan, sebenarnya bukan oleh Orang Dawan sendiri melainkan pertama-tama oleh para peneliti pada zaman itu, dan kedua sebutan itu diberikan oleh penjajah Belanda, dengan alasan-alasan sebagaimana dikemukan di atas.
Namun zaman semakin berubah, nama tetaplah nama, namun makna di balik nama itu semakin diperluas sesuai dengan keadaan dan tanda-tanda zaman.
Semoga ulasan sederhana ini membantu para saudaraku sesama Timor untuk mengerti dan memahami arti pemberian nama tersebut, serta memantik pembaca untuk semakin memperdalam diskusi seputar hal ini.
Terima kasih. Tuhan memberkati!
Atambua: 24.10.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H