Kita bertanya mengapa seorang Franz Magnis Suseno  berani mengatakan demikian?
Menurutnya, "Partai Politik seperti hanya terdiri atas orang-orang yang mencari kesempatan berpolitik, bahkan kadang-kadang untuk memperkaya diri. Jadi dari demokrasi kita, unsur yang paling lemah justru parpol dan kalau itu tidak bisa diperbaiki, kita akan mengalami masalah dengan demokrasi" (floresa.com, 19/8/2015).
Lantas kita dapat mengatakan bahwa kalau Profesor Magnis Suseno mengatakan bahwa demokrasi kita menjadi masalah karena parpol, maka kita dapat melanjutkan sebuah pikiran yang mungkin hanya dianggap ngolor ngilur  ya, "parpol menjadi masalah karena relawan".
Maka kembali kediskusi kita tentang manuver dari para relawan menjelang pemilu 2024.Â
Benar apa yang dikatakan Franz Magnis Suseno di atas. Kesempatan pemilu menjadi kesempatan bagi 'relawan' tertentu untuk memperkaya diri. Lalu siapa yang dikorbankan? Lagi-lagi tokoh dan donatur yang mendanai tampilnya seorang tokoh atau parpol yang menjadi sasaran.
Untuk itu, pada kesempatan ini melalui media Kompasiana ini saya mau mengatakan tiga hal saja menyangkut pemilu 2024 ini.
Pertama, Perlu ada regulasi yang mengatur gerak para relawan sehingga pada waktunya KPU dan Bawaslu bisa memantau langkah mereka dan bila ada pelanggaran, dapat ditindak dengan dasar regulasi tersebut.
Bila tidak ada regulasi khusus mengatur gerak langkah para relawan politik, maka bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada pemilu 2024 terutama yang dilakukan oleh para relawan, tidak bisa ditindaki secara khusus pula. Dengan regulasi itu juga dapat menyelamatkan parpol atau tokoh yang didukungnya.
Kedua, Perlunya pembekalan yang memadai terhadap para relawan partai politik.
Seperti telah saya katakan pada bagian depan bahwa ada dua macam relawan yaitu relawan paham politik dan relawan gagap politik. Bagi yang paham tidak jadi masalah. Namun yang menjadi soal adalah relawan yang gagap. Mereka ini perlu mendapatkan pembekalan politik yang baik dan benar sebelum mereka terjun ke lapangan politik. Karena sering kali kelompok relawan kedua ini yang memperkeruh suasana pemilu. Bagi mereka bahasa tidak perlu, tetapi yang perlu adalah tindakan, yaitu tindakan membagi-bagi uang, sehingga terjadilah 'politik uang'. Mudah-mudahan pada pemilu 2024 ini, kita bebas dari apa yang disebut politik uang itu.
Ketiga, Jadilah relawan politik yang bebas dari isu sensitif dan black campaign. Harus kita akui bahwa ada relawan politik yang senang mengkampanyekan isu-isu sensitif, lalu seakan-akan hanya tokohnya sajalah yang bisa menanganinya. Pada hal isu itu yang sangat sensitif dan tak boleh dikampanyekan. Dan justru karena isu itulah tokohnya malah kalah.Â