Ada seorang imam Katolik punya motto tahbisan yang menarik dan itu saya kagumi sejak dulu. Motto tahbisan itu berbunyi, "Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya".
Saya senang dengan motto ini. Selain senang, saya juga merasa motto ini menantang sang pemilik motto untuk selalu hidup dalam perjuangan. Mengapa? Karena hidup itu selalu dibarengi dengan aneka tanda tanya, karena ketidakpastian. Itulah tantangan.
Selain hidup itu tanda tanya bagi mereka yang selalu bertanya, hidup itu juga adalah kesempatan bagi mereka yang ingin melakukan sesuatu. Hidup hanya bagi orang lain. Karena itu hidup adalah untuk melayani.
Akan menjadi apakah hidup ini, sangat tergantung pada bagaimana seseorang menghidupi kehidupan ini. Bila seseorang mengartikan hidup sebagai perjuangan, maka akan terlihat di dalam kehidupan orang tersebut yang selalu sibuk dan aktif. Demikian pun, bila seseorang menghayati hidup sebagai kesempatan untuk melayani, maka hal itu akan terlihat dalam memobilisasi hidup sebagai pelayan.
Menurut Devi Lianovanda, hidup manimalis sudah menjadi tren beberapa tahun terakhir, terutama sudah mulai diterapkan juga di kalangan para selebriti. Â Karena itu gaya hidup minimalisme bukan lagi sesuatu hal baru. Meskipun awalnya minimalism diterapkan dalam bidang seni dan arsitektur, namun lambat laun makin melebar dan meluas menjadi suatu gaya hidup (blog.skillacademy.com).
Sebagaimana dilansir dari Break The Twitch, minimalisme adalah gaya hidup yang berfokus untuk meminimalkan gangguan yang bisa menghalangi seseorang melakukan hal-hal yang sebenarnya penting.
Sedangkan menurut Joshua Becker (penulis buku: Becoming Minimalist), minimalisme artinya memiliki hal-hal yang membuat seseorang bahagia dan menghilangkan hal-hal yang tidak menyebabkan seseorang bahagia. Atau dapat dikatakan "hidup sederhana". Artinya kita hidup hanya dengan hal-hal yang dibutuhkan, meskipun tidak banyak, tapi berkualitas. Slogan yang terkenal dari gaya hidup minimalis ini adalah "less is more".
Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik sedunia, dalam sebuah renungannya tentang arti hidup mengajak dan mendesak orang-orang di negara maju untuk mencari kehidupan yang lebih sederhana, tidak terlalu materialistis dan mengutuk kesenjangan yang semakin jelas terjadi antara yang kaya dan yang miskin.