Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memilih untuk Melepas Masker atau Tetap Memakai Masker

18 Mei 2022   22:09 Diperbarui: 18 Mei 2022   22:11 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo telah secara resmi memutuskan untuk melonggarkan kebijakan penggunaan masker bagi masyarakat Indonesia. Lantas, apakah dengan adanya kebijakan pelonggaran penggunaan masker ini pertanda bahwa kita akan beralih dari pandemi ke endemi? 

Rupanya apa yang disampaikan Bapak Presiden itu semata-mata hanya untuk mengatakan bahwa penularan Covid-19 di Indonesia sudah semakin berkurang. 

Walaupun demikian, Pemerintah hanya memberikan pelonggaran penggunaan masker  di ruangan terbuka. Itu pun hanya dikhususkan bagi masyarakat yang sudah divaksin Covid-19 secara lengkap. 

Vaksinasi Covid-19 lengkap yang dimaksudkan  adalah tiga kali vaksin atau sudah mendapat vaksinasi booster. Kebijakan pelonggaran pemakaian masker tersebut juga hanya ditujukan kepada mereka yang sehat.

Selain mereka yang sudah mendapatkan vaksin lengkap dan sehat, tetap dianjurkan untuk menggunakan masker. Ada tiga (3) golongan atau kelompok masyarakat yang tetap disarankan menggunakan masker, yakni:

1) Kelompok masyarakat yang berkegiatan di ruangan tertutup dan menggunakan transportasi publik. 

Bagi kelompok masyarakat yang berkegiatan di ruangan tertutup dengan peserta dalam jumlah yang banyak tetap harus menggunakan masker. Selain itu, bila menggunakan alat transportasi umum, seperti Kereta api atau bus atau pesawat udara yang bersinggungan dengan banyak orang, harus tetap memakai masker.

2) Kelompok masyarakat berusia lanjut atau 60 tahun ke atas.

Kelompok ini disebut kelompok beresiko tinggi. Kelompok yang rentan terhadap penularan penyakit. Kelompok beresiko tinggi  ini tetap menggunakan masker, walaupun berada di ruangan terbuka.

3) Kelompok masyarakat yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid. 

Kelompok dengan riwayat penyakit menular atau bawaan tertentu tetap harus memakai masker.

Mengapa pemerintah meskipun sudah melonggarkan penggunaan masker, tetap memberi perhatian khusus kepada ketiga kelompok masyarakat ini?

Tentu saja pemerintah bertanggung jawab terhadap kehidupan rakyatnya. Karena itu, kelompok masyarakat yang dianggap lemah atau rentan terhadap penularan penyakit, terutama Covid-19 tetap harus menggunakan masker. Tujuannya adalah supaya ia tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebaliknya ia juga tidak ditularkan penyakit dari orang lain.

Pro dan Kontra

Setelah Presiden mengumumkan kebijakan pelonggaran itu, terdapat sikap pro dan kotra dari masyarakat. Ada yang merasa senang karena sudah terbebas dari tekanan selama hampir dua tahun lebih itu. Bagi kelompok ini, rupanya pengumuman Presiden ini membebaskan mereka untuk tidak lagi menggunakan masker.

Tetapi tidak sedikit orang yang kontra atau protes terhadap kebijakan pelonggaran penggunaan masker itu. Kelompok ini merasa sudah terbiasa dengan menggunakan masker selama hampir dua tahun lebih ini. Apalagi praktek 3 M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Menjauhi Kerumuman sudah menjadi New Normal selama ini.

Ada juga kelompok masyarakat yang tetap bersihkeras untuk tetap menggunakan masker dengan alasan selain sudah terbiasa, juga merasa tidak nyaman berkomunikasi tanpa masker. Selain itu mereka juga merasa pandemi Covid-19 belum selesai betul. Maka mereka tetap merasa harus menggunakan masker, bukan hanya di ruangan tertutup dan pada transportasi umum, tetapi di mana saja berada, mereka tetap akan menggunakan masker.

Penggunaan masker selama pandemi Covid-19 dari bulan Maret 2020 hingga Mei 2022, sudah menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat. Dan itu berarti sudah menjadi bagian dari kebutuhan rumah tangga setiap bulannya. Berapa biaya yang dialokasikan untuk persediaan masker di rumah, sangat tergantung pada jumlah anggota keluarga dan jenis masker dengan standar harga tertentu.

Namun itu sebenarnya tidak jadi soal. Yang terpenting adalah anggota keluarga terbebas dari Covid-19 selama ini. Prinsipnya adalah uang bisa dicari, tetapi kesehatan itu mahal.

Maka meskipun Pemerintah sudah melonggarkan penggunaan masker di ruangan terbuka, kita tidak boleh dengan sebebas-bebasnya hidup tanpa masker, terutama di tempat-tempat umum seperti di rumah ibadat; pasar; mall; stadion, dan lain-lain dengan banyak orang.

Aktivitas mencuci tangan dengan air mengalir, menggunakan hand sanitizer, mengurangi mobilitas dan menjaga jarak harus tetap menjadi bagian dari praktek hidup kebiasaan yang baru. 

Karena itu segala aktivitas kerumunan warga masih harus tetap di "wanti-wanti", pesta pora masih harus dibatasi.

Tetap masih harus berlaku adagium lama: "Mencegah Lebih Baik, Daripada Mengobati", Upaya-upaya preventif tetap lebih menpan daripada upaya kuratif.

Pemerintah sudah melonggarkan. Akan tetapi Anda dengan bebas dapat memilih: apakah akan MELEPAS masker, atau tetap MEMAKAI masker? Semuanya tergantung pada anda sendiri. ***

Atambua, 18.05.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun