Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kuliah di Metaverse dalam Perspektif Kompasianer

5 April 2022   20:06 Diperbarui: 5 April 2022   20:18 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dunia metaverse diambil dari unpas.ac.id

Apa yang disajikan dalam topik pilihan Kompasiana kali ini sangat menarik. Mengapa saya katakan menarik? Karena tema metaverse merupakan suatu tema yang baru, paling kurang bagi saya. 

Ketika metaverse ditawarkan sebagai sebuah pilihan media teknologi perkuliahan sekaligus  menjadi sebuah mata kuliah, ini sesuatu yang benar-benar baru.

Yang paling menarik lagi adalah Universitas Katolik Atma Jaya sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Tinggi Katolik  (LPTK) di Indonesia yang pertama membangun kolaborasi dengan PT .WIR Asia untuk mengembangkan mata kuliah di metaverse. Ini tentu sesuatu yang sangat mengagumkan dan sekaligus menantang.

Langkah maju yang diambil oleh pihak Unika Atma Jaya Jakarta merupakan suatu terobosan baru di bidang media teknologi komunikasi pendidikan. Dengan itu hendak menjelaskan kepada publik bahwa teknologi metaverse bukan lagi suatu teori saja, tetapi sudah dipraktekkan oleh para generasi milenial untuk masa depan.

Langkah maju yang telah dipraktekkan oleh Unika Atma Jaya ini membuka kemungkinan bagi universitas-universitas lain di Indonesia untuk mulai terjun ke dunia teknologi metaverse. Tujuannya tentu adalah agar dunia pendidikan tinggi di Indonesia tetap relevan dan dengan demikian ikut berkontribusi dalam sektor pendidikan Indonesia melalui penggunaan media teknologi.

Di tengah langkah maju itu, sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah terluar, terpencil dan tertinggal (3T), di mana berbagai kemajuan di Indonesia belum sepenuhnya dinikmati, masih kuatir mungkinkah hal ini bisa dipraktekkan? Berbagai infrastruktur yang dipersyaratkan untuk penggunaan teknologi metaverse belum memadai dan merata pada wilayah-wilayah 3T itu.

Bagi daerah-daerah 3T, berbagai kemajuan sebagaimana dialami di daerah-daerah terdalam, termaju dan terkemuka seperti di pulau Jawa dan (mungkin) Sumatera dan Kalimantan, masih sangat jauh.  

Belum semua wilayah di pedalaman pulau Timor misalnya, bisa menikmati jaringan internet  3G dan 4G. Kalau begitu kita patut bertanya bisakah pengetahuan, wawasan dan ilmu mengenai teknologi metaverse bisa diaplikasikan pada daerah-daerah ini?

Kekuatiran ini memang beralasan sebab soal kemajuan lain bisa terjadi loncatan, tetapi mengenai yang satu ini mungkin sulit karena ia sangat berkaitan erat dengan teknologi internet. 

Saya mengutip apa yang ditulis oleh Kompasianer Giri Lumakto bahwa konsep metaverse sudah ada sejak lama terutama di dunia gaming, yang dikenal dalam dua konsep yakni sebagai sebuah wonderland (negeri ajaib) dan amusement park (taman hiburan).

Metaverse dalam dunia gaming menganggap dunia virtual para gamers sedang menjalani fantasi yang paling luar biasa. Mereka seolah-olah sedang berada dalam  suatu dunia atau negeri yang ajaib.

Selain itu, para gamers memandang metaverse seperti mereka sedang berada di dalam suatu taman hiburan sehingga para user dapat bertualang ke mana-mana dalam dunia fantasi tiada akhir.

Sekarang persoalan menjadi lain, karena metaverse bukan lagi menjadi dunia para gamers, tetapi metaverse  mau dijadikan sebagai media perkuliahan dan sebagai mata kuliah.  

Ketika metaverse hendak menjadi alat dan sekaligus sebuah ilmu, patut kita bertanya apakah mungkin? Kalau mungkin, bagaimana menyusun kurikulumnya? Selanjutnya kalau dia menjadi suatu ilmu, apakah dia bisa bertahan seperti dunia keilmuan lainnya?

Memang kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia kita terus melangkah maju. Tetapi kemajuan ini, terutama yang disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi digital tidak pernah tinggal diam. Dia terus berkembang dari saat ke saat. 

Di sinilah kita harus bertanya dan terus mengajukan pertanyaan lagi, apakah sebuah mata kuliah metaverse seperti yang digagas oleh LPTK Unika Atma Jaya Jakarta itu bisa menjadi kenyataan? Ataukah metaverse itu hanya menjadi media yang dipakai oleh dunia perguruan tinggi untuk perkuliahan, seperti yang sekarang ini terjadi oleh pandemi, kita mulai mempraktekkan komunikasi zoom dan semakin menjadi biasa. 

Maka pertanyaannya adalah apakah metaverse sebagai media perkuliahan akan seperti teknologi zoom saat ini? Tentu saja metaverse lebih dari sekedar zoom. Tetapi sebagai sebuah kemajuan, kita patut menerima untuk terus belajar meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita dalam menanggapi berbagai kemajuan, termasuk dalam dunia pendidikan digital. Metaverse akan terus menjadi pilihan kemajuan ke depan.  

Atambua, 05.04.2022

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun