Selain itu, para gamers memandang metaverse seperti mereka sedang berada di dalam suatu taman hiburan sehingga para user dapat bertualang ke mana-mana dalam dunia fantasi tiada akhir.
Sekarang persoalan menjadi lain, karena metaverse bukan lagi menjadi dunia para gamers, tetapi metaverse  mau dijadikan sebagai media perkuliahan dan sebagai mata kuliah. Â
Ketika metaverse hendak menjadi alat dan sekaligus sebuah ilmu, patut kita bertanya apakah mungkin? Kalau mungkin, bagaimana menyusun kurikulumnya? Selanjutnya kalau dia menjadi suatu ilmu, apakah dia bisa bertahan seperti dunia keilmuan lainnya?
Memang kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia kita terus melangkah maju. Tetapi kemajuan ini, terutama yang disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi digital tidak pernah tinggal diam. Dia terus berkembang dari saat ke saat.Â
Di sinilah kita harus bertanya dan terus mengajukan pertanyaan lagi, apakah sebuah mata kuliah metaverse seperti yang digagas oleh LPTK Unika Atma Jaya Jakarta itu bisa menjadi kenyataan? Ataukah metaverse itu hanya menjadi media yang dipakai oleh dunia perguruan tinggi untuk perkuliahan, seperti yang sekarang ini terjadi oleh pandemi, kita mulai mempraktekkan komunikasi zoom dan semakin menjadi biasa.Â
Maka pertanyaannya adalah apakah metaverse sebagai media perkuliahan akan seperti teknologi zoom saat ini? Tentu saja metaverse lebih dari sekedar zoom. Tetapi sebagai sebuah kemajuan, kita patut menerima untuk terus belajar meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita dalam menanggapi berbagai kemajuan, termasuk dalam dunia pendidikan digital. Metaverse akan terus menjadi pilihan kemajuan ke depan. Â
Atambua, 05.04.2022
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H