Max  : Mula-mula saya takut, bukan karena mobilnya yang besar, tetapi karena muatannya yang melewati standar. Sebab kalauÂ
        dilihat dari mobilnya, tidak sulit karena ada kemudahan dalam mengendarainya.
 Saya : Apakah kamu tidak takut celaka?
Max  : Saya berusaha untuk hati-hati, tetapi namanya kecelakaan ya kita tidak tahu. Kita serahkan saja pada Tuhan.
Demikian tanya jawab singkat kami.
Dari wawancara singkat ini lalu saya berusaha mengambil suatu kesimpulan yang sederhana bahwa:
1. Â Mau tidak mau, Max sebagai sopir truk odol itu harus menjalaninya karena sekarang ini cukup sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam hal ini tuntutan perut. Baik pribadi, maupun keluarga dalam hal ini isteri dan anak-anak di rumah. Mereka perlu makan dan minum. Maka biarpun sedikit takut dan terancam, toh harus menjalaninya demi kehidupan keluarga.
2. Â Nyawa selalu menjadi taruhan. Menjadi sopir truk odol dengan muatan yang sarat dan berat dengan jarak yang jauh antar pulau penuh dengan resiko. Diantaranya resiko kecelakaan. Muatan yang berat, medan dan kondisi jalan trans Jawa, Flores hingga Timor yang memprihatinkan menjadi tantangan tersendiri.
3. Â Di satu pihak ada peraturan jalan raya yang harus dipenuhi. Dalam hal ini para sopir truk odol berada dalam situasi dilematis. Apakah mereka harus memilih untuk mendahulukan aturan perlalulintasan dan mereka harus kehilangan pekerjaan? Â Ataukah mereka harus mengabaikan aturan lalu lintas itu, tetapi beresiko pada kehilangan nyawa karena kecelakaan?
Para sopir truk odol itu, selalu berhadapan dengan tiga pilihan ini. Ketika setiap kali mereka mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan jauh membawa muatan yang begitu banyak  yang melebihi kapasitas muat truk biasa, mereka mempertaruhkan nyawa mereka demi tuntutan perut isteri dan anak-anak-anak di rumah. Mereka harus sedikit 'melawan' aturan lalu lintas.Â
Sebab mereka dituntut oleh perusahaan, untuk membawa muatan sesuai pesanan. Apabila mereka tidak membawa muatan sesuai pesanan, itu artinya mereka tidak bisa mendapatkan 'jatah makan' termasuk untuk mereka semua di rumah. Maka meskipun berat dan bertentangan dengan aturan lalu lintas, mereka harus jalani dengan penuh resiko, demi tanggungjawab mereka sebagai seorang suami bagi isteri dan bapak bagi anak-anak. ***