Â
"Saya berharap melalui zoom meeting hari ini, baca kemarin, Rabu, 08 September 2021) Â bisa terjadi sharing program yang bisa dikembangkan sebagai realisasi Laudato Si Action Platform".
Demikian Mgr. Dr. Dominikus Saku, Ketua Komisi KP-PMP KWI dalam pengantarnya membuka webinar Sosialisasi Hasil Pertemuan FABC Mengenai Pembahasan "Laudato Si Action Platform".
Uskup Keuskupan Atambua itu berharap kiranya melalui melalui sosialisasi LS-AP ini semakin banyak orang dari keuskupan-keuskupan se-Indonesia melakukan kegiatan-kegiatan untuk merealisasikan apa yang telah diminta Paus Fransiskus melalui ensiklik Laudato Si untuk semakin menjadikan bumi ini sebagai rumah kita bersama.
Dosen Filsafat Seminari Tinggi Santo Mikhael Kupang ini dalam arahannya juga mensharingkan apa yang telah ia mulai kerja kan di Keuskupan Atambua selama ini, khususnya pada masa pandemi ini.
"Sebagai wujud realisasi Laudato Si Action Platform, di Keuskupan Atambua telah dicanangkan dan dimulainya pilot project "Atambua Eden" yaitu gerakan pemberdayaan hidup melalui upaya "Iman membumi, Hidup Berdaya", katanya.
Selain itu, menurut Uskup Atambua keempat itu, telah dikembangkan pula program-program lainnya yang membantu umat untuk semakin mengenal Laudato Si melalui kelompok tani korban bencana alam di Malaka membangun ketahanan hidup terpadu pasca bencana.
Sementara itu, Ibu Dr. Maria Ratnaningsih, MA, Anggota Komisi  KP-PMP KWI memaparkan upaya-upaya yang sedang dan telah dilakukan Gereja Indonesia, khususnya keuskupan-keuskupan dalam rangka sosialisasi Laudato Si Action Platform (LS-AP) hasil pembahasan bersama pada forum FABC.
Sharing Pengalaman yang menggigit
Pada sesi sharing tampil Mbak Juli Nugrahani dari Keuskupan Tanjung Karang. Beliau menceritakan apa saja karya yang telah dilakukan dan yang berdampak bagi banyak orang. Dia mensharingkan apa saja tantangan yang ia dapatkan pada awal memulai karyanya. Menanam dan menanam, itulah yang selalu dilakukannya bersama suaminya di pekarangan rumah mereka.Â
Selain itu, Mbak Yuli juga pada masa pandemi ini mengajak masyarakat untuk melakukan donasi masker kain yang mula-mula ia mulai dengan menjahitkan masker dari "daster bekas". Namun upayanya itu kemudian mendapatkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Dan salah satu butir sharingnya yang menarik adalah bagaimana ia berusaha untuk hanya meminum dari air sumur, bukan air kemasan. "Supaya dengan itu saya  ikut melestarikan sumber mata air itu", katanya.
Sementara itu, Sr. Marissa CB, seorang aktivis dari Yogyakarta mensharingkan tentang pertanian organik. Bagaimana ini mengajak para petani untuk bertani organik. Ia bercerita bagaimana pada awalnya ia mendapatkan tantangan karena tanah yang sudah sekian lama dihujani dengan berbagai pupuk anorganik sehingga menjadi rusak. Karena itu banyak para petani yang enggan untuk hanya menjadi petani organik. Namun, puji Tuhan dengan berbagai cara ia berusaha meyakinkan para petani hingga mereka tertarik pada pertanian organik. Suster Marissa juga mempraktekkan pertanian holistik kepada masyarakat yang didampinginya.
Kegiatan webinar ini dipandu atau dimoderatori oleh Rm. Aloysius Budi Purnomo, Pr dan diikuti oleh 41 peserta dari keuskupan-keuskupan se-Indonesia.
Turut mengikuti kegiatan zoom meeting ini Rm. Eka Aldilanta, O.Carm selaku Sekretaris Eksekutif Komisi KP-PMP KWI. Kegiatan serupa akan dilaksanakan lagi pada waktu-waktu mendatang untuk mengikutsertakan semakin banyak orang demi menciptakan Gerakan Pastoral Gereja Katolik Indonesia Laudato Si Action Platform. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H