Mohon tunggu...
Yoserizal Fernando
Yoserizal Fernando Mohon Tunggu... -

Hobi travelling :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dokter Murah Meriah

13 Maret 2012   16:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:06 4122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dokter spesialis itu bertanya, "Kenapa ini?" Saya jawab: Sudah lebih dari tiga minggu yang lalu seperti akan berganti kulit dan kadang terasa gatal, namun tak kunjung kembali normal, akhirnya saya oleskan Kalpanax, dan baru kemarin kaki saya jadi bengkak dan mendenyut, sakit.


"Oh iya, iya," katanya sambil menulis sesuatu di secarik kertas.

"Kenapa ini, Dok" gantian saya yang bertanya mengapa.

"Infeksi. Ini resep obat silakan dibeli di apotek seberang jalan," katanya.

"Seratus ribu," sambungnya.


Saya ambil dua lembar uang bergambar wajah I Gusti Ngurah Rai dan serahkan ke dokter. Tak sampai satu menit saya berada di ruangan sang dokter, ditanya, dilirik sebentar, dan keluar, menuju apotek yang ditunjuk.


Di Apotek


Saya masuk sambil celingak-celinguk melihat papan nama apotek, ternyata benar ini apotek yang dimaksud. Berjalan perlahan, saya kembali membuka resep dalam selembar kertas tadi. Kaki kanan berat untuk dilangkahkan, seperti orang pincang. Petugas menyambut.

"Selamat sore, ada yang bisa dibantu, Mas?"

Saya sodorkan resep dokter, ia mengerti. Tak sampai lima belas detik, ia kembali. "Totalnya Rp 315.000"

Saya: ............


"Maaf, nggak jadi, Mbak"

Petugas: Bisa setengahnya dulu kok"

Saya: "Nggak usah. Makasih, Mbak.


Saya keluar, menuju kendaraan. Sambil pasang helm, saya teringat kata rekan sekantor sore tadi: Di dokter spesialis itu aja, bagus, murah meriah lagi. Hmm.. Benar juga, lagi pula tak jauh dari rumah, pikir saya.


Ternyata di luar dugaan. Kalau dikalkulasikan "Biaya melihat wajah dokter" dan Biaya menebus obat, totalnya mencapai Rp 415 ribu. Bukan murah meriah lagi, terlalu mahal. Akhirnya saya putuskan menuju dokter langganan kantor yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Ternyata sudah ramai orang menunggu, saya dapat nomor antrian nomor 22.


"Ibuk maaf sudah nomor antrian berapakah di dalam?"

"9," katanya.

Saya: ........


Saya duduk di kursi. Terlihat orang jual ketoprak di seberang jalan. Terlihat pecel lele di seberang jalan. Lapar, tapi kaki kanan "merengek" kalau diajak melangkah. Badan panas dingin pula katanya. Akhirnya saya panggil penjaga makanan kecil di dekat ruang tunggu.


"Mas, air mineralnya satu dong"

"Silakan ambil, Mas"

"Maaf, kaki saya sakit. Bisa tolong diantar ke sini?"

"Oh, iya"


Saya minum sambil menunggu antrean.

Way Halim, ditulis sehari setelah peringatan Supersemar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun