Sebagian dari gerakan kemerdekaan itu, yaitu bagian yang bersarang di  Yudea, kemungkinan disebut orang-orang Zelot ataupun bukan orang Zelot, saya tidak tahu benar bagaimana hubungan antar gerombolan Zelot dan partai kemerdekaan, tentang hal itu ada bermacam-macam dugaan, tapi oleh Pickl dalam bukunya "mesias, konig Jesu"  yang terutama ialah di bicarakan gerakan kemerdekaan itu, dipertahankannya pendapat, bahwa hanya bagian di Yudea-lah yang memakai nama "Zelot", dan baru di kemudian hari nama itu di pakai untuk seluruh gerakan.
Pada hakekatnya orang Farisi setuju dengan gerakan kemerdekaan itu. Mereka juga benci kepada penjajah dari Romawi itu, saya lebih suka menyebut kaum ini dengan sebutan kaum oportunis artinya kaum tidak memiliki prinsip atau pendirian yang jelas karena mereka selalu mengambil untung dari setiap gerakan, mereka benci kepada penjajah romawi tapi takut dan tidak berani menyatakan sikap untuk melawan, karena itu mereka lebih cerdik dan sangat berhati-hati. Mereka mengerti benar, bahwa selama kerajaan Romawi tetap sebesar dan sekuat itu, tentu suatu kebodohan untuk melawan.Â
Salah satu Penulis sejara Yahudi, Flavius Josefus, melukiskan hubungan gerakan kemerdekaan dengan orang-orang Farisi sebegai berikut " Para pengikut gerakan kemerdekaan itu setuju dengan pendapat orang-orang Farisi dalam segala hal, akan tetapi cinta mereka pada kemerdekaan tak dapat di patahkan, dan hanya Allah-lah yang di akui sebagai Tuhan. Kaum Farisi juga cinta pada kemerdekaan, tetapi mereka yakin benar, bahwa sedikit pun tak ada gunanya melawan orang Romawi, kecuali kalau Allah sendiri menyuruh Mesias membebaskan umatnya".
Karena segala kejadian-kejadian itu, makin lama makin timbul-lah kerinduan Israel kepada Raja yang di janjikan. yaitu Yesus, yah yesus benar-benar datang tapi bukan sebagai raja yang siap merebut kekuasaan juga bukan sebagai panglima yang siap memimpin perang, ia datang sebagai seorang yang menawarkan kasih sebagai hukum jangan membunuh, jangan membalas jahat dengan jahat, kasihilah musuhmu seperti dirimu sendiri.Â
Yesus juga datang sebagai pembebas. Salah satu artikel yang di tulis stepanus Istata yang di dasarkan pada refleksi teologi pembebasan Gustavo Gutierrez merefleksiskan yesus sebagai pembebas, ia yang di elu-elukan itu datang bukan saja sebagai pendorong tapi juga untuk memperjuangkan pembebasan demi terwujudnya masyarakat yang adil, ia menemukan praktek kemiskinan, penindasan manusia atas manusia yang di lakukan oleh penjajah romawi atas yahudi dan di mata romawi ia dengan tegas mengkritik bahkan menentang, Ia datang sebagai penolong dan pembela orang-orang lemah, ia adalah seorang yang idealis bahkan sampai kematiannya di kayu salib.Â
Semoga yang dilakukan Yesus ini di teruskan oleh lembaga-lembaga gereja sebagai teologi kontekstual.
Inilah sedikit tulisan saya untukmu tentang Yesus sebagai revolusioner, selamat Natal 2020.
Tumbuhlah dewasa anakku. Saya mencintaimu, kami mencintaimu.