Salah satu resi dimana Drupada sempat menimba ilmu peperangan dan kanuragan adalah di padhepokan Argajembangan milik Resi Baratmadya yang juga ayah kumbayana.
Sebagai seorang putra mahkota, Drupada kecil memang sering di titipkan ke berbagai padhepokan untuk belajar berbagai macam ilmu kanuragan dimana kelak kalau sudah dewasa, dia bisa menggantikan ayahnya prabu Prisata untuk memerintah di kerajaan Pancala.
Dan saat di padhepokan milik Resi Baratmadya itulah, awal perkenalannya dengan kumbayana yang merupakan anak sekaligus murid paling pintar di padhepokan tersebut.
Pada awal perkenalannya, Drupada mengenal Kumbayana sebagai murid yang mahir dalam mengolah berbagai ilmu kanuragan terutama dalam hal menggunakan berbagai senjata.
Di liputi oleh rasa kagum dan ingin mempunyai ketrampilan seperti Kumbayana itulah, Drupada menjadikan Kumbayana sebagai panutan dalam hal menimba ilmu di padhepokannya resi Baratmadya.
Apa yang Kumbayana lakukan dalam hal berlatih,Drupada selalu mengikutinya. Segala tehnik memainkan senjata, melakukan berbagai latihan fisik untuk membentuk karakter kedisiplinan, selalu di ikuti oleh Drupada, hingga akhirnya Kumbayana mengetahui bahwa Drupada sudah menjadikan dirinya sebagai panutan dalam menimba ilmu oleh putra mahkota ini.
Dalam hati Kumbayana, dia tidak menyukai caranya Drupada yang selalu mengikuti cara dan tehnik yang di gunakannya.
Namun dari segi tata krama, kumbayana sadar bahwa Drupada merupakan seorang putra mahkota dan tidak menyukai seorang putra mahkota yang lagi belajar di padhepokan ayahnya merupakan hal buruk yang tidak boleh dia ungkapkan.
Kumbayanan menarik napas..
Dia mengetahui bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa atas tekad Drupada yang sudah mengikuti segala tehnik dan cara berlatih yang dia lakukan.
Dengan kasta yang berbeda, Kumbayana hanya bisa ber-imajinasi seandainya dia anak seorang raja atau ksatria..mungkin semua tata krama dan yang lainnya itu tidak harus menjadi persoalan seperti sekarang ini.