Yang tak kalah ngawur adalah pernyataan Sri Bintang Pamungkas, yang mengatakan bahwa PDIP memelihara Komunis (Jurnals.com). Atas pernyataan ini, PDIP sempat mengancam melayangkan somasi kepada Sri Bintang, namun ditunda terus. Publik sebenarnya berharap agar ancaman itu segera diwujudkan untuk menunjukkan kengawuran Sri Bintang Pamungkas kepada publik.
Yang lebih ngawur, pernyataan Kivlan Zen di Solo Mei 2016, ketika berbicara di depan Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) yang melakukan kajian terhadap isu PKI, 23 Mei 2016. Dia bilang, pada tahun 2017 (tahun ini) PKI akan akan memplokamirkan Republik Cina-Indonesia.
Untuk meyakinkan publik, Kivlan sampai bilang bahwa PKI telah membentuk struktur partai mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Ada 15 juta pendukung, katanya sebagaimana diberitakan banyak media.
"Susunan partai sudah ada, pimpinan Wahyu Setiaji. Dari tingkat pusat sampai daerah," ujar Kivlan saat ditemui juru warta di sela acara Simposium Nasional 'Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain' di Balai Kartini, Jakarta, 1/6/2016 (tribunenews.com).
Namun, siapa sosok Wahyu Setiaji itu, sama sekali tidak dijelaskan oleh Kivlan Zen. Mengapa tidak dijelaskan? Hanya Kivlan yang tahu. Namun, tanpa penjelasan detail, nyata, tentu wajar bila Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly mengatakan bahwa Kivlan Zen ngarang, mengada-ada. Ideologi komunis tak akan bisa hidup lagi di Indonesia, tegas Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan. Sebab ada parameter regulasi yang sudah menjadi pegangan bersama, tegas Luhut. (Komas.com)
Frustrasi
Pada titik ini, Polri dan TNI sebenarnya bisa mengambil tindakan tanpa harus menunggu perintah presiden. Para pimpinan FPI, Amien, Kivlan Zen, Sri Bintang Pamungkas perlu diminta pertanggungjawabannya atas pernyataan itu agar tidak terus memprovokasi rakyat yang pada gilirannya bisa mengganggu keamanan dalam negeri.
Saat ini mungkin saja masih bisa dikendalikan. Tapi pada saat Pilkada serentak tahun 2018 dan Pilpres Pileg serentak tahun 2019, keadaannya bisa meledak. Kendati mereka selalu bilang bahwa gerakan mereka demi Pancasila dan NKRI, namun melihat sepak terjang mereka selama ini siapa yang percaya selain kelompok mereka sendiri?.
Ada setidaknya dua target mereka untuk terus menggaungkan isu PKI. Pertama, mengganti falsafah dan ideologi Pancasila dan UUD 1945. Target besar ini merupakan perjuangan pokok FPI. Juga merupakan titik temu antara FPI dan HTI.
Sepintas mereka memang terkesan hanya menyerang PDIP, Ahok, dan Jokowi. Namun, sasaran itu, sebagaimana banyak dibicarakan di media sosial, hanyalah target antara. Kendati demikian, sasaran antara ini penting karena dapat menjadi penentu tercapai tidaknya target akhir.
Lewat demo berjilid-jilid sejak Oktober 2016, terget menjatuhkan Ahok memang behasil. Ahok dijauhi para pemilihnya sehingga kalah pada Pilgub putaran kedua. Harapan mereka sebenarnya, pada saat demo-demo itu, utamanya November 2016, Jokowi juga tumbang. Tapi, gagal!