Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Udara Sejuk" dari Kota Tahu Kediri

27 Desember 2016   11:51 Diperbarui: 27 Desember 2016   14:54 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi, sumber gambar: www.kompasiana.com/advertorial

Visi PAUB dalah Ikut berperan secara aktif dalam upaya mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya dalam kehidupan antarumat beragama dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Hal ini dijabarkan dalam 6 misi. Empat di antara ialah ikut membantu proses integrasi di NKRI, menjaga persatuan dan  kesatuan, menjembatani kesenjangan ekonomi rakyat, dan ikut menjaga teguhnya NKRI.

Untuk mewujudkan hal itu, maka PAUB menetapkan tiga kegiatan pokok. Pertama, Melaksanakan penyuluhan secara aktif kepada masyarakat (sosialisasi program); Dua, menyampaikan pemikiran dan saran kepada pemerintah berkenaan dengan kehidupan antarumat beragama dan PK; dan Tiga, mengadakan kerjasama dengan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang mempunyai tujuan yang sama.

Predikat Kota Teraman

Ide tersebut ternyata mengilhami Walikota Drs. H.A. Maschut selama memimpin Kota Kediri. Tiap jumat Kliwon, beliau mengadakan pertemuan dengan para pemimpin PAUB. Disusul kemudian bersafari ke gereja-gereja di Kota Kediri bersama pimpinan daerah, tokoh masyarakat, dan para pimpinan PAUB guna mengupayakan terwujudnya apa yang dicita-citakan PAUB. Hal itu dilakukan beliau tanpa henti selama memimpin Kota Kediri.

Upaya Maschut tidak sia-sia. Buahnya, terasa sangat segar. Menyejukkan hati. Kota Kediri bahkan pernah disebut-sebut sebagai salah satu kota teraman di wilayah Jawa Timur.

Yang mengagetkan, di setiap kunjungannya ke gereja beliau selalu berpidato dengan diawali kutipan ayat Alkitab. Beliau rupanya hafal banyak ayat Alkitab. Saya sendiri kalah he he. Tak heran kalau dalam membahas fenomena yang ada, selalu dikaitkan dengan nasihat ayat yang relevan dari Alkitab.

Yang paling sering dibahas ialah Markus 12 : 30-31. Bunyinya demikian: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."

Setelah mengulas makna ayat itu dalam kehidupan masyarakat, Maschut kerap menyambung dengan apa yang dikatakan Yesus dalam Lukas 5:28-29 yang menyatakan, “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”. Setelah itu, beliau lalu bilang ini contoh sulitnya hidup menjadi orang percaya.

Secara harfiah, perintah tersebut memang tidak masuk akal. Hukum “mata ganti mata” dalam hukum Taurat dibalik oleh Yesus menjadi tidak boleh membalas. Padahal, tamparan semacam itu mustahil diterima dalam budaya Yahudi, anutan Perjanjian Lama Alkitan. Jika si penampar menggunakan tangan kanannya, itu artinya ia menampar pipi kanan orang itu dengan bagian belakang atau punggung tangannya. Menurut hukum rabinis Yahudi, tamparan yang begituan adalah penghinaan dua kali lipat ketimbang menampar dengan telapak tangan. 

Namun, perintah yang terkesan “gila” itu, biasanya dipahami sebagai suatu ilustrasi untuk menunjukkan bahwa cara hidup orang yang percaya kepada Yesus jauh lebih sulit dibandingkan dengan cara hidup orang yang hidup di bawah Hukum Taurat. Sikap hidup orang yang percaya kepada yesus tidak mengedepankan pembalasan apabila disakiti, melainkan memaafkan.

Pidato model Maschut memang tidak dilakukan oleh Abdullah Abu Bakar atau Samsul Ashar. Tetapi apa yang mereka lakukan dengan topik-topik pembicaraan yang selalu bermuara pada upaya memertahankan kesatuan NKRI jauh lebih bermakna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jauh lebih bermakna ketimbang menghabiskan energi untuk membahas atribut-atribut natal. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun