Strategi mereka persis sama dengan pelengseran Suharto pada tahun 1998. Yang utama menduduki gedung DPR/MPR minimal dua hari. Menurut Jendral Adit (panggilan akrab Adityawarman Thaha), jika gerakan itu memang serius, maka tak perlu terlalu banyak membuat kata-kata di ruang chat berbasis WA saja.
“Jangan hanya lebih banyak membuat dinamika lewat WA. Harusnya kita bentuk dan datangi tim 100 orang. Dari masing-masing tim itu, kemudian kita datangi ormas-ormas yang mempunyai misi sama,” ujarnya sebagaimana diberitakan oleh Postmetro (23/08/2016).
Menurutnya, kemungkinan menjatuhkan Presiden Jokowi-JK, juga Ahok terbuka luas karena lembaga MPR ikut mendukung. Informasi itu doperolehnya dari Kivlan Zen, yang mengatakan bahwa Sekjend MPR sudah oke untuk mengadakan Sidang Istimewa terhadap Jokowi.
Setelah itu, Adityawarman Thaha mengatakan barulah dilakukan penyusunan kembali konstitusi sesuai dengan tujuan, yakni mengembalikan UUD 45 yang asli. Kecuali itu, beliau juga menyarankan agar tidak berhenti pada penyusunan kembali UUD 1945. Harus dilanjutkan dengan penyususnan aturan atau UU soal kewarganegaraan Asing.
Bagi mereka, rencana makar tentu dinilai matang. Segala persiapan dianggap sudah ok. Tapi, yang namanya rencana busuk tetap saja berbau busuk. Apa yang direncanakan matang ternyata gagal. Tapi jangan dikira mereka kapok. Buktinya, setelah mendapat informasi adanya demo 4/11, mereka lalu mendompleng. Kita tidak tahu apakah hal ini ada kaitannya dengan pidato SBY yang menyatakan mendukung demo 300% atau malahan mereka berkolaborasi dengan SBY. Yang jelas bahwa para tokoh itu turut hadir pada demo 4/11 termasuk pada saat evaluasi yang dihadiri Sarwan Hamid.
Dari sini makin jelas, bahwa para tokoh yang ada di belakang demo 4/11 bukan Cuma FPI, GNPF MUI, MUI, Fahri Hamzah, Fadli Zon, Amien Rais, AA Gym, Ahmad Dhani, Yusril Ihza Mahendra, tetapi banyak. Tentu saja masing-masing pihak memiliki kepentingan, dan kepentingan itu tali-menali satu dengan yang lain. Mungkin saja ada yang kepentingannya, sebatas penggulingan Ahok guna kepentingan memenangkan Pilkada DKI, ada yang sebatas penggulingan Jokowi, dan ada yang sekaligus berjuang untuk mengganti UUD 1945.
Mana yang benar dan siapa-siapa tokoh intelektualnya, pengagas, pemilik ide, dan siapa yang hanya ikut-ikutan mari kita tunggu penelusuran intelijen negara dan kepolisian. Intelijen TNI dan polisi tengah menelusuri hal itu. Kita harap agar dalam waktu dekat, nama-nama mereka diumumkan seraya memrosesnya secara hukum.
Jika hal itu dibiarkan, besar kemungkinan bahwa anak-anak muda yang sudah diprovokasi oleh Munarman, Bachtiar Nasir, dan Habib Rizieq, serta anggota kelompok gerakan Sri Bintang Pamungkas dan kawannya akan melakukan konsolidasi, bersatu, untuk mengacak-acak keutuhan bangsa dan negara. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI