Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bersekutu dengan Dhani, Adhyaksa Dault, dan Sandiaga Uno Melawan Ahok, Yusril Menggali Kuburannya Sendiri

6 Maret 2016   16:07 Diperbarui: 6 Maret 2016   22:47 4192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan Yusril Jadi Gubernur

Hal berikutnya ialah pemaknaannya atas istilah “hebat” dan “sakti”. Menurut Yusril, orang hebat masih kalah dengan orang sakti. "Kalau orang sakti, gak perlu berbuat apa-apa. Duduk-duduk saja, tenang-tenang aja. Karena dia kebal atas segala hal, ya dia selamat, dia escape tanpa berbuat apapun. Nah, itulah Pak Ahok," tuturnya seperti ditulis detik.com (3/3/16).

Tanpa menyebut dirinya, Yusril kemudian mendeskripsikan pengertian orang hebat begini: Kalau ada masalah harus bertempur lebih dulu. Baru kemudian bisa menunjukkan kehebatannya bebas dari masalah. "Jadi orang sakti itu diciptakan untuk dihadapi oleh orang hebat," tutup Yusril kepada wartawan.

Pemaknaan seperti ini menunjukkan bahwa Yusril menilai Ahok tidak berbuat apa-apa di DKI. Ahok dinilainya hanya duduk-duduk, tenang-tenang saja, tetapi karena Ahok Kebal (kebal apa ya?, pen), maka Ahok selamat, escape (kabur) dari masalah. Lha, kok bisa?

Penilaian semacam ini jelas sembrono. Bertentangan dengan kenyataan. Orang semua tahu bahwa Ahok tidak hanya duduk-duduk berpangku tangan di belakang meja. Juga tidak mencari selamat sendiri. Orang Jakarta telah merasakan hasil kerja Ahok sangat efektif dalam membenahi Jakarta dan memberantas korupsi. Kalau Yusril menihilkan semua yang dikerjakan Ahok, orang waras-sehat-normal pasti bertanya: Yusril pakai kaca mata apa?

Yang lebih parah adalah penjelasannya tentang orang hebat. Bagi Yusril, tujuan menjadi Gubernur DKI tenyata simpel. Hanya untuk menghadapi orang sakti, Ahok. Orang sakti atau Ahok itulah yang jadi masalah bagi Yusril. Itulah yang perlu ia hadapi. Bukan membangun Jakarta sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat Jakarta.

Weleh weleh tujuannya kok begitu? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun