Tujuan Yusril Jadi Gubernur
Hal berikutnya ialah pemaknaannya atas istilah “hebat” dan “sakti”. Menurut Yusril, orang hebat masih kalah dengan orang sakti. "Kalau orang sakti, gak perlu berbuat apa-apa. Duduk-duduk saja, tenang-tenang aja. Karena dia kebal atas segala hal, ya dia selamat, dia escape tanpa berbuat apapun. Nah, itulah Pak Ahok," tuturnya seperti ditulis detik.com (3/3/16).
Tanpa menyebut dirinya, Yusril kemudian mendeskripsikan pengertian orang hebat begini: Kalau ada masalah harus bertempur lebih dulu. Baru kemudian bisa menunjukkan kehebatannya bebas dari masalah. "Jadi orang sakti itu diciptakan untuk dihadapi oleh orang hebat," tutup Yusril kepada wartawan.
Pemaknaan seperti ini menunjukkan bahwa Yusril menilai Ahok tidak berbuat apa-apa di DKI. Ahok dinilainya hanya duduk-duduk, tenang-tenang saja, tetapi karena Ahok Kebal (kebal apa ya?, pen), maka Ahok selamat, escape (kabur) dari masalah. Lha, kok bisa?
Penilaian semacam ini jelas sembrono. Bertentangan dengan kenyataan. Orang semua tahu bahwa Ahok tidak hanya duduk-duduk berpangku tangan di belakang meja. Juga tidak mencari selamat sendiri. Orang Jakarta telah merasakan hasil kerja Ahok sangat efektif dalam membenahi Jakarta dan memberantas korupsi. Kalau Yusril menihilkan semua yang dikerjakan Ahok, orang waras-sehat-normal pasti bertanya: Yusril pakai kaca mata apa?
Yang lebih parah adalah penjelasannya tentang orang hebat. Bagi Yusril, tujuan menjadi Gubernur DKI tenyata simpel. Hanya untuk menghadapi orang sakti, Ahok. Orang sakti atau Ahok itulah yang jadi masalah bagi Yusril. Itulah yang perlu ia hadapi. Bukan membangun Jakarta sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat Jakarta.
Weleh weleh tujuannya kok begitu? ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI