Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Plastik Hancur-leburkan Sekat-sekat Primordialisme dan Tantangannya Bagi Ilmuwan

1 Maret 2016   14:03 Diperbarui: 1 Maret 2016   20:59 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada titik ini kita perlu berdiskusi hal kedua. Yang ditantang di sini adalah  pihak perguruan tinggi, LIPI, dan lembaga penelitian yang tersebar di berbagai lembaga.

Perguruan Tinggi, Ilmuwan, Lembaga Peneliaian Ditantang

Bertolak dari ketidaktahuan, saya selalu berpikir bahwa bumi ciptaan Tuhan ini penuh meisteri. Sebelum ilmu pengetahuan berkembang, bumi sudah memiliki sistem jitu yang membuat semuanya berjalan normal. Apa yang kemudian kita kenal sebagai eko sistem rupa-rupanya merupakan bagian dari misteri yang membuat kehidupan tetap langgeng. Tanah menumbuhkan rumput dan tanaman. Di antaranya dimakan manusia dan binatang. Para binantang ini beranak pinak, tetapi sebagian di antaranya jadi santapan singa atau harimau. Singa atau harimau mati, kemudian membusuk, lalu menyuburkan tanah. Demikian seterusnya rantai makanan bagi kehidupan yang terus mengalir sampai kita saat ini.

Benda sekuat apa pun pasti ada kelemahannya. Sekeras-kerasnya batu, ia akan hancur pelan-pelan karena tetesan air. Sekeras-kerasnya besi, akan lapuk juga bila digerogoti karat berkat bantuan bakteri. Sebuas-buasnya singa atau harimau, ia akan lumpuh, bahkan bisa mati konyol manakala para semut kecil terus berkerumun memasuki hidung, telinga, mata, dan menggigitnya pelan-pelan. Itulah misteri sistem penguarai buatan alam.

Bagaimana dengan plastik?

Sampai saat ini belum ada ahli yang menemukan zat yang mampu mengurai, menghancurkan, atau meleburkan plastik menjadi tanah. Uji coba terus dilakukan, tapi belum berhasil. Semuanya berserah pada kebaikan alam. Sayangnya, alam butuh waktu terlalu panjang menurut ukuran hidup manusia. Terlalu lama.

Mengingat pemakaian plastik mustahil dihentikan, saya selalu berharap waktu yang dibutuhkan alam perlu diperndek dengan campur tangan ilmu. Pikiran saya lantas tertuju kepada para ahli kimia. Saya bermimpi mereka terus melakukan penelitian, trial and error sampai mereka berteriak “Eureka!” agar misteri kebandelan plastik ini bisa dilumpuhkan. Bisa? Saya harap ya!

Saya sangat yakin bahwa semua benda yang ada di bumi ini selalu memiliki sifat berikut. Makin kuat dan tahan lama bila bercampur dengan zat tertentu, dan sebaliknya, cepat rusak, hancur, bahkan hilang, bila bercampur dengan zat tertentu pula. Nah, zat penghancur inilah yang perlu terus dicari. Selamat bekerja para ilmuwan Indonesia! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun