Sebelumnya, saya tak pernah peduli dengan Jaringan PRIMA walaupun selalu saya gunakan dalam berbagai keperluan bulanan dan harian. Yang saya tahu, beberapa kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang ada di dompet bisa dipakai untuk bertransaksi. Kadang untuk tarik-setor tunai, transfer, maupun  membayar beberapa tagihan.
Makin tak peduli lagi, karena dengan fasilitas klik BCA (Bank Central Asia) dan apikasi Go-Pay, LinkAja, Mobile Banking, dan Go Mobile pada telepon nyaris semua transaksi keuangan lancar. Namun, dengan adanya topik Easy Way Prima di Kompasiana, saya termotivasi untuk menelusuri, lalu membaca beberapa berita dan artikel tentang Jaringan Prima.
Setelah sedikit mengerti, saya akhirnya berkesimpulan bahwa Jaringan PRIMA merupakan sistem transaksi hebat bagi masyarakat Indonesia dalam berbagai kemajemukannya. Tidaklah keliru kalau dikatakan sistem tersebut merupakan solusi jitu yang mampu menembus batas generasi, merobohkan tembok ruang dan waktu.
Disebut demikian karena setidaknya lima alasan. Pertama, layanan transaksi keuangan dalam Jaringan PRIMA memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat tanpa batasan-batasan latar belakang apa pun.
Kedua, peralatan yang dapat digunakan dalam bertransaksi beragam. Bisa kartu ATM/Debit berlogo PRIMA untuk mesin ATM dengan logo yang sama, EDC (Electronic Data Capture) dalam jaringan, dan bisa dengan smart phone (telepon pintar, android), bahkan telepon selular "jadul" sekalipun.
Ketiga, transaksi keuangan dapat dilakukan untuk segala jenis transaksi. Bisa tarik-setor tunai, transfer antar bank, pembayaran belanja offline dan online, pembayan bermacam-macam tagihan, pembelian berbagai tiket, top up atau isi ulang saldo uang elektronik, maupun transaksi interternasional saat berada di luar negeri.
Keempat, transaksi dapat dilakukan di mana dan kapan saja sepanjang ada koneksi internet atau pulsa telepon selular. Nasabah yang paling sibuk dengan mobilitas tinggi, generasi milenial yang tak mau terikat waktu dan tempat, atau orang tua yang tak kuat pergi ke mesin ATM, dimungkinkan bertransaksi di tempat masing-masing secara online dan real time. Dalam hitungan detik urusan transaksi selesai dengan notifikasi akurat dan terkontrol.
Kelima, semua dan setiap nasabah yang memiliki tabungan dalam salah satu bank atau lebih dalam Jaringan PRIMA, mendapat kesempatan dan layanan yang persis sama.
Sosok Jaringan PRIMA
Pertanyaannya, apa itu Jaringan PRIMA dan bagaimana sistem kerjanya? Kendati pertanyaan ini terkesan lugu dan gampang, namun bagi yang belum paham tentu tidak mudah. Barangkali mereka perlu tahu agak detail.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa Jaringan PRIMA adalah sistem layanan transaksi keuangan yang melibatkan semua bank dalam jaringan, nasabah, dan pihak terkait yang dikelola oleh satu operator.
Jaringan ini dikelola oleh PT Rintis Sejahtera (RINTIS), perusahaan yang bergerak di bidang pengoperasian sistem komunikasi satelit VSAT (very small aperture terminal). Dengan jaringan ini, seluruh nasabah bank yang ada dalam Jaringan PRIMA dapat melakukan berbagai transaksi keuangan dengan berbagai cara dan alat atas dukungan koneksi internet.
Semula, Jaringan PRIMA terbatas pada ATM PRIMA, yaitu ATM berlogo PRIMA yang bisa dipakai pada mesin ATM yang juga berlogo PRIMA. Pengguna awalnya ialah BCA yang bekerja sama dengan RINTIS sebagai pengelola Jaringan PRIMA untuk memberikan kemudahan bertransaksi bagi nasabah BCA. Kerja sama itu dimulai pada tahun 2000.
Cakupan layanan terbatas pada penyediaan layanan switching dan komunikasi bagi jaringan ATM BCA. Disusul layanan transaksi tarik tunai, cek saldo, transfer dana intern dan antar bank. Perangkat transaksi terbatas pada kartu ATM pada mesin ATM bank penerbit.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan nasabah, layanan tersebut tampak kurang efektif. Jumlah dan jauhnya lokasi ATM kerap menjadi hambatan serius bagi nasabah bertransaksi.
Inovasi sebagai solusi
Keadaan tersebut seakan menjadi tambahan gizi bagi RINTIS untuk mencari solusi dengan berinovasi. Ternyata, ketemu! Layanan jitu yang memudahkan transaksi keuangan bank dan nasabah makin lengkap. Jumlah bank nasional dan daerah yang bergabung pun terus bertambah. Kalau pada tahun 2015 hanya 58 bank dalam Jaringan PRIMA, di tahun 2019 ini meningkat menjadi 79 bank.
Namun yang terbilang sangat signifikan ialah dimunculkannya alat bayar non tunai berupa kartu ATM dan Debit. Ini memungkinkan transaksi perdagangan, belanja non tunai di seluruh mesin EDC di Indonesia, bahkan layanan Internet Banking, Mobile Banking, SMS Banking, Teller, dan PPOB (Payment Point Online Bank) yang terhubung dengan Jaringan PRIMA.
Agaknya, tepatlah kalau dikatakan nasabah bank dalam Jaringan PRIMA benar-benar dimanjakan dalam melakukan aneka rupa transaksi keuangan. Hambatan keterbatasan waktu dan lokasi mampu dirontokkan oleh teknologi jaringan.
Dewasa ini, perangkat penunjang lebih dari 120.000.000 kartu ATM/Debit, dan lebih dari 120.000 jaringan ATM yang terkoneksi dengan Internet Banking, Mobile Banking serta channel digital lainnya di seluruh Indonesia. Hal ini ditunjang oleh 14 bank acquirer EDC seperti BCA, BRI, BNI, Bank Mandiri, CIMB Niaga, dan setrusnya. Juga tersedia 60 bank issuer yang terhubung dengan PRIMA Debit yang menggunakan mesin EDC.
Dengan begitu, segala rupa masalah transaksi keuangan terjawab. Mau membayar berbagai tagihan rutin seperti rekening PLN, PDAM, BPJS, premi asuransi, telepon, pulsa, internet, paket data, asuransi, kartu kredit, multy finance, cicilan motor, mobil, rumah, hingga voucher game bisa dilakukan. Mau membayar keperluan insidental seperti belanja offline atau online, makan di restaurant, membeli tiket pesawat, kereta, kapal laut, tarik-setor tunai, atau isi ulang saldo uang elektronik seperti e-toll, sudah bukan masalah.
Itu pun bisa dilakukan tanpa kartu ATM. Cukup bermodalkan Smart Phone maupun telepon jadul. Selain SMS banking, aplikasi yang diperlukan seperti Go-Pay, LinkAja, Go-Mobile, dan lainnya tersedia di google play store. Tinggal unduh, maka jadilah itu barang.
Menguntungkan nasabah dan mengurangi resiko uang tunai
Sistem transaksi pada Jaringan PRIMA, ternyata sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) tentang Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) guna mewujudkan masyarakat non tunai. Hal ini diluncurkan pada tanggal 21 September 2017 berdasarkan Peraturan BI No. 19/8/PBI/2017 tentang GPN. Hingga tahun 2017, RINTIS sendiri sebagai pengelola jaringan PRIMA ditunjuk oleh BI untuk membantu pengembangan GPN tersebut.
Tujuannya, mirip dengan tujuan jaringan PRIMA. Selain membangun satu sistem pembayaran nasional, masyarakat dan Negara Indonesia diuntungkan. Tidak lagi membayar biaya transaksi maupun charge pemakaian EDC dari bank lain ketika bertransaksi.
Yang jelas, dengan adanya GPN, maka aliran dana keluar ke pengelola kartu ATM, Debit atau Kartu Kredit Visa dan Mastercard di Amerika mau tak mau terhenti. Dana itu tinggal dalam negeri.
Biaya transaksi dengan Visa dan Mastercard hilang. Sebelumnya, biaya tersebut masuk ke pengelola Visa dan Mastercard dan dibayar oleh nasabah dalam negeri. Dengan adanya GPN, biaya tersbut tak muncul karena prosesnya dilakukan dalam negeri. Beban nasabah dalam negeri pun makin ringan.
Misalnya biaya sewa jasa proses routing atau transaksi yang dilakukan di luar negeri hilang karena diproses dalam negeri. Biaya jasa mesin EDC dari bank lain, bisa ditiadakan. Biaya MDR (merchant discount rate) turun dari 3% menjadi 1%; biaya transfer beda bank turun dari Rp 6.500 per transaksi menjadi Rp 2.500 -- Rp 4.000; biaya tarik tunai di mesin ATM milik bank yang berbeda turun dari Rp 6.500 -- Rp 7.500 menjadi hanya Rp 3.500 -- Rp 4.000; dan biaya transaksi sebesar 2-3% oleh masing-masing provider, turun menjadi hanya 1%.
Bagi nasabah, nilai nominal tersebut memang terasa kecil. Namun, kalau biaya total Kartu ATM dan Debit sebanyak ratusan juta (sebagian di antaranya Visa dan Mastercard) dengan jumlah transaksi mencapai 11 sampai 14 juta transaksi per hari, maka nilainya tidak kecil. Menurut Darwin Nasution, sebesar US$ 2 miliar yang harus ditanggung BI per tahun. Ini, bukan uang BI sendiri, melainkan dari nasabah.
Kehilangan sumber dana itulah yang membuat Presiden AS, Donald Trump, marah ketika GPN diluncurkan. Ia sempat mengancam akan perang dagang dengan Indonesia. Akan mengkaji ulang sekitar 124 produk ekspor Indonesia ke AS, termasuk tekstil, plywood, kapas ,dan beberapa hasil perikanan seperti udang dan kepiting.
Dibanding dengan Visa dan Mastercard, jangkauan GPN memang masih terbatas dalam negeri. Biaya pemakaian Visa dan Mastercard di luar negeri pun jaun lebih ringan dibanding pemakaiannya dalam negeri. Tentu saja kita berharap agar penggunaan GPN kelak bisa diterima ke luar negeri, sehingga nasabah yang mobilitasinya tinggi dapat terbantu.
Namun, seperti halnya Visa dan Mastrcard, sistem transaksi pada Jaringan PRIMA dapat mencegah resiko membawa uang tunai. Dengan satu-dua jenis kartu GPN di dompet atau smart phone, nasabah tak perlu membawa banyak uang tunai. Cukup bertransaksi dengan kartu atau smart phone, nasabah dapat melakukan berbagai transaksi.
Prinsipnya, sebelum melakukan transaksi, nasabah perlu tahu persis apakah bank dan kartu miliknya sudah masuk dalam Jaringan PRIMA. Hal ini ditandai dengan logo PRIMA di belakang kartu. Lebih menguntungkan lagi apabila kartu tersebut sudah diganti dengan kartu GPN. Selain mendukung program BI, beban biaya yang ditanggung nasabah relatif kecil. Ini menguntungkan nasabah sendiri dan negara.
Agar transaksi selalu tepat, nasabah perlu paham secara benar fitur yang tersedia dan langkah-langkah yang wajib dilaksanakan, baik ketika bertransaksi di mesin ATM dan EDC atau di internet banking di komputer, perangkat telepon. Jika, hal itu dipahami dan dilaksanakan secara tepat diyakini transaksi apa pun dapat diproses cepat dan tepat. ***
Referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H