Serangan berketerusan
Mereka yang tak terpakai itu kelak, boleh jadi tetap setia mendukung program-program pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Entah langsung melalui pekerjaannya maupun tak langsung di berbagai bentuk seperti dalam tulisan, dalam ceramah bila diundang.
Boleh jadi juga ada yang sebaliknya. Bilamana tidak berada dalam barisan Jokowi-Ma'ruf Amien, maka sikapnya berubah. Mungkin tak ambil pusing, mungkin juga berbalik berhadap-hadapan dengan Jokowi seperti Rizal Ramli dan Anies Baswedan.
Serangan-serangan mantan orang dalam ini bisa lebih ampuh dan dipercaya masyarakat. Tentu saja masuk akal karena mereka sudah tahu semua isi perut pemerintahan selama mereka menjabat.
Bila orang semacam itu tidak dihadapi dengan bijak, bukan tidak mungkin menjadi faktor pengganggu terhadap program pemerintahan.
Yang perlu lebih diwaspadai adalah serangan berketerusan dari kelompok yang dari dulu tak senang dengan Jokowi. Ini bisa datang dari berbagai kalangan, individu, kelompok, maupun organisasi.
Pertama, kelompok pendukung Paslon 02 (Gerindra, PKS, dan PAN) merupakan kelompok terdepan menjadi oposisi. Mereka ini akan bermain dalam forum-forum resmi seperti di dalam sidang-sidang DPR ketika membahas program pemerintah maupun kebijakan Presiden Jokowi.
Di luar forum resmi akan muncul lagi Fadli Zon, Amien Rais, Rizal Ramli, dan kawan-kawannya untuk terus mencecar kinerja pemerintah, bahkan pribadi Jokowi. Tentu saja tidak lagi seperti sebelumnya. Mereka akan terus berevolusi meningkatkan kecanggihannya menciptakan istilah untuk melemahkan Jokowi.
Yang mereka harapkan mungkin bukan menjatuhkan pemerintah atau Jokowi. Makar. Bukan itu. Mereka hanya menggangu agar Jokowi marah, konsentrasinya buyar sehingga tidak bisa bekerja baik dan prestasinya di priode kedua menurun. Dengan begitu, mereka punya alasan untuk terus berteriak bahwa pilihan publik salah.
Kedua, kelompok orang-orang barbaju putih panjang dan bertopi bundar putih. Mereka ini sangat terganggu dengan kebijakan-kebijakan Jokowi. Mereka seperti kehilangan ruang bernafas seperti pada masa pemerintahan sebelumnya.
Ketiga, kelompok jenderal purnawirawan tentara dan polisi, serta kelompok pro Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang pernah tampil dan berada dalam pusaran demonstrasi 21-22 Mei. Dari berita-berita sebelum demo, kelompok itu terang-terangan menentang Jokowi.