Jangan bicara soal kata-kata dan ungkapan yang selalu keluar dari mulut anggota FPI. Selain kasar disertai pelototan mata, nyaris tak ada kosa kata yang mereka pakai selain menghina, merendahkan, mengutuk, memprovokasi, atau memancing kerusuhan.
Ini jelas aneh. Mau memberantas kemungkaran dengan angkara murka. Menegakkan hukum dengan main hakim sendiri. Membangun keimanan dengan melawan anjuran iman.Â
Yang mengherankan, petugas polisi kerap dibuat tidak berkutik. Kendati penganiayaan dilakukan di depan petugas polisi, mereka tak peduli. Petugas juga diam. Seolah ada kerja sama antara FPI dan petugas. Entah takut disebut melanggar HAM atau jangan-jangan di antara petugas itu ada binaan FPI.
Yang jelas, apa yang selalu dilakukan FPI telah memosisikan negara di bawah telapak kakinya. Menempatkan dirinya sebagai ukuran kebenaran hukum dan moral. Cenderung menganggap dirinya lebih berkusa mengatur dan menjaga keamanan ketimbang polisi dan pejabat negara. Itulah sebabnya mereka tak pernah segan melakukan sweeping, mengobrak-abrik, tempat-tempat yang mereka anggap tidak benar.
Dari kenyataan-kenyataan itu plus niatnya mengganti dasar dan ideologi negara, semakin menegaskan bahwa memerpanjang izin FPI, tak ubahnya membiarkan macan hidup bersama dan sekandang dengan kawanan domba. Bukan saja tidak berguna, tetapi malah memakan, merusak, menghancurkan Indonesia. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI