Terumbu karang memiliki banyak manfaat secara ekologi maupun ekonomi. Selain sebagai apartemen atau rumah bagi sekitar 55 persen biota laut, terumbu karang juga  berfungsi sebagai pelindung pantai serta berperan penting dalam sistem rantai makanan di laut dan sumber metabolit sekunder dalam bidang industri farmasi bahkan dapat memberikan nilai tambah melalui jasa wisata.Â
Oleh sebab itu upaya konservasi terhadap ekosistem esensial terumbu karang, perlu terus dilakukan karena dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi kelestarian sumber daya ikan yang merupakan sumber pangan utama bagi penduduk dunia.Â
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar dan memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia (megabiodiversity) dengan luas terumbu karang mencapai 14% dari total luas terumbu karang dunia (2,5 juta Ha).Â
Namun berdasarkan hasil survei terkini melalui program COREMAP-Coral Triangle Initiative pada tahun 2020, terdapat sekitar 70 persen terumbu karang Indonesia yang sedang berada dalam kondisi rusak.Â
Kerusakan terumbu karang dapat disebabkan oleh faktor alami, seperti terjadinya perubahan iklim global yang mengakibatkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) hingga mencapai sekitar 30 - 40 persen.Â
Selain itu kerusakan akibat faktor antropogenik atau adanya aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya sedimentasi, pencemaran laut, dan akibat kegiatan penangkapan ikan yang merusak menggunakan bom dan racun. Tren kondisi kerusakan terumbu karang semakin lama semakin memprihatinkan, termasuk wilayah perairan Halmahera.Â
Luas terumbu karang di seluruh perairan dangkal Halmahera mencapai 41.144,31 Ha, dimana 12,9% diantaranya berada dalam wilayah Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara dengan total luasan mencapai 5310.78 Ha.Â
Tingkat kerusakan terumbu karang terutama di perairan sekitar pulau pulau kecil di Tobelo rata-rata mencapai angka 67,40 persen. Bahkan tren penurunan persentase tutupan karang terjadi pula pada spot diving yang semula memiliki persentase tutupan karang diatas 90 persen dan tergolong sangat baik (excellent) seperti Pulau Pawole dan Pulau Tagalaya.Â
Penduduk Kabupaten Halmahera Utara sebagian besar mendiami desa pesisir dan pulau pulau kecil yang terbentang mulai dari Utara di Desa Apulea hingga Selatan di Desa Pasir Putih, dengan luas wilayah laut lebih besar dari daratan yakni sebesar 84,87% (19.103,02 Km2 dari luas total wilayah 22.507,32 Km2), serta memiliki letak geografis yang sangat strategis karena berada tepat di pusat segitiga terumbu karang dunia, yang diapit oleh dua wilayah yang sangat populer di sektor pariwisata dan perikanan yakni Raja Ampat (Papua Barat) dan Bunaken - Bitung (Sulawesi Utara) sehingga merupakan bonus utama yang dapat dijadikan sebagai modal besar dalam pembangunan ekonomi dan menjadikannya sebagai magnet utama dalam mendukung promosi investasi di sektor pariwisata bahari dan jasa kelautan lainnya di Halmahera Utara.
Beberapa poin penting yang telah diuraikan menjadi justifikasi kuat penyusunan arah kebijakan dan rekomendasi penetapan Taman Wisata Alam Laut Tobelo, Halmahera Utara.