Mohon tunggu...
Yopi Ilhamsyah
Yopi Ilhamsyah Mohon Tunggu... Dosen - Herinnering

Herinnering

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Misteri di Seputaran Airport (2)

14 Oktober 2022   15:33 Diperbarui: 14 November 2022   08:48 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruas Jalan menuju Airport pada Malam Hari. Foto: Dokpri. 

Saya beranjak dari tempat tidur dan melongok dari balik jendela ke arah luar yang menghadap ke tanah kosong. Tidak nampak apa-apa tapi semerbak wangi bunga melati masih tercium kuat. "Cut Kak, janganlah ganggu kami," pinta saya di dalam kamar.

Sejak itu ia tidak lagi menampakkan diri. Hanya saja jika saya sedang sendiri di rumah, entah siang maupun malam wangi bunga melati selalu tercium. Kalau hanya wewangian, ini tidak mengapa. Hitung-hitung pengganti parfum rumah. Hehe...

Ooh ya terkait banyaknya batu-batu bulat mirip nisan tak beridentitas di kampung-kampung seputaran Airport, mertua pernah bercerita kalau itu kuburan Simeurantee.

Simeurantee ini awalnya adalah sebutan orang Aceh untuk para pekerja paksa di zaman penjajahan Belanda. Tangan dan kaki mereka diikat dengan rantai, jadilah mereka disebut Simeurantee.

Ketika Jepang berkuasa, sebutan ini masih digunakan untuk para Romusha. Mereka dipekerjakan secara paksa untuk membangun lapangan terbang di daerah sekitaran rumah mertua saya sekarang ini. Banyak dari mereka yang kemudian meninggal dan dikuburkan begitu saja di sekitaran Airport yang kini sudah menjadi kampung-kampung.

Suatu ketika di akhir Perang Dunia II, arwah para Simeurantee ini menuntut balas. Sebagaimana dikisahkan oleh sebuah portal berita lokal dengan mengutip tulisan Teuku Alibasyah Talsya dalam bukunya "Batu Karang di Tengah Lautan". Ceritanya begini:

Hampir saban malam bala tentara Dai Nippon yang bermarkas di seputaran pangkalan udara dihantui sosok bayangan putih. Tentara Jepang merespon dengan menembaki penampakan tersebut. Anehnya, semakin ditembaki semakin banyak bayangan yang muncul. Tentara Jepang yang ketakutan akhirnya meninggalkan pangkalan udara yang juga menjadi basis militer terbesar mereka di Aceh.

Entah itu penampakan Pocut Siti atau Simeurantee, ternyata mereka pahlawan kita juga. Hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun