Mohon tunggu...
Yonathan Lu Walukati
Yonathan Lu Walukati Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemalas yang kadang suka menulis

Panggil saja Jo.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kemarin Bapak Berulang Tahun

16 Juli 2023   08:46 Diperbarui: 16 Juli 2023   08:49 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita di atas, adalah kisah yang tidak pernah saya alami, tapi saya pernah lihat, bahkan sesering mungkin. Saya menulisnya karena saya tidak diwariskan oleh bapak saya hal-hal semacam itu. Saya lahir, dan besar tanpa diasuh oleh gadget, layaknya anak-anak di masa sekarang. Saya menulisnya untuk pertama-tama berterima kasih pada bapak saya, karena meskipun saya dimanja, bapak tidak pernah membelikan saya segala sesuatu yang ada unsur elektroniknya. 

Sayangnya, anak-anak sekarang tidak diwariskan kebahagiaan yang sama seperti yang orangtuanya peroleh dulu. Kebahagiaan anak-anak sekarang, bisa dibilang adalah kebahagiaan berbayar. Top up game, mainan robot, mobil-mobilan dan lain sebagainya yang mengeluarkan uang. 

Di satu sisi, orangtuanya dengan bangga bercerita; "dulu, mainan bapak tidak seperti ini. Kami dulu, kalau lihat botol minyak goreng, sudah bahagia. Karena botol-botol minyak bim*li, bisa dijadikan mobil-mobilan. Kadang, kalau lebih kreatif, bisa jadi truk pengangkut tanah. 

Mainan-mainan itu, sanggup membuat kami pergi pagi pulang petang. Kadang, bila kelewatan, kami hanya akan pulang bila kayu asam sudah berada di balik manis senyum panggilan ibu. Apakah setelah mendapat pukulan kasih, kami jera? Tidak! Besoknya, kami main hal yang sama lagi. Kadang, kami juga suka mengganggu tidur siang orang. Kaleng bekas susu ataupun kaleng ikan sarden, bisa jadikan dokar yang ketika didorong, bunyinya bisa sampai di rumah tetangga saking berisiknya.

.

Pada akhirnya, kami merayakan ulang tahun bapak, kemarin, dengan hanya berenam saja, anggota inti keluarga. Dimulai dari bapak yang berulang tahun, mama, yang memberikan doa dan harapan ulang tahun dengan cara menghafal urutannya setelah ucapan selamat ulang tahun, lalu semoga panjang umur dan seterusnya, ketiga kakak saya, dan saya sendiri. Seharusnya kami berdelapan. Hanya saja, kakak nomor dua masih berada di Bali dan adik bungsu, masih berkelana untuk memenuhi kesenangannya yang masih kosong. Maklum, masih muda. Beban pikiran belum begitu mengganggu. 

"Ulang tahun bhaya unna, nggarrai."

Lalu bapak meniup lilin ulangtahunnya, membuat harapan. Dan kau tahu? Setelah itu bapak menjelaskan:

"Tentu saja bapak akan marah-marah, apabila melihat banyak ketidakberesan dalam rumah, seperti halaman rumah tidak bersih, piring tidak dicuci, makanan tidak dimakan kasih habis dan lain sebagainya. Itu semua ada sebabnya."

Saat sesi potong kue, yang membagikan dan memberi makan kue malah mama. Pikir mama, bapaklah yang akan kami semua beri makan kue. Ini salah satu momen lucu, sesungguhnya. Namun, tidak memunculkan tawa, karena yang ada hanyalah sukacita. Setelah kuenya dipotong-potong, bapak lalu menyuapi kami satu persatu. Tentu saja dimulai dari mama terlebih dahulu, dan diakhiri oleh saya karena kemarin hanya saya yang mewakili adik paling akhir. 

Selepas makan kue, kakak pergi membeli beer dua botol, lalu diminum bersama. Kali ini, mama melunak, "tidak apa-apa minum beer," katanya. "Karena ini sesekali saja. Bapak lalu menuangkan beer di gelas mama, dan ia minum sambil saya memvideokan. Beberapa lainnya menyusul, kecuali saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun