Pada saat ini kita sedang berada dalam suasana ramadhan, dimana terdapat tanggungan yang wajib yaitu berpuasa. Kewajiban tersebut menuntut kita untuk menahan hawa nafsu dalam satu hari penuh, sehingga kita tidak diperbolehkan makan dan minum hingga waktunya berbuka. Dalam satu hari tersebut pastinya kita menemukan rasa kejenuhan dalam menunggu waktu berbuka, maka muncullah istilah ngabuburit pada bulan ramadhan.
Bagi yang belum mengetahui apa itu ‘Ngabuburit’, ngabuburit merupakan kegiatan menunggu waktu untuk berbuka puasa. Kata ngabuburitberasal dari bahasa sunda “burit” yang mempunyai arti menjelang sore. Kata ngabuburit sendiri merupakan singkatan dari “ngalantung ngadagoan burit” kalimat ini berarti bersantai-santai untuk menunggu waktu sore. Namun ngabuburit lebih identik ketika berada pada bulan ramadhan. Ngabuburit bisa diisi dengan berbagai aktivitas seperti bercengkrama dengan teman, keluarga, dll.
Sehingga dalam bercengkrama ketika menunggu waktu berbuka kita membutuhkan tempat yang nyaman dan cocok.
Dalam artikel ini saya akan membahas salah satu kafe yang sangat unik yang berada di Jogja. Saya merekomendasikan kafe ini karena tempatnya nyaman untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman ataupun keluarga. Dari tempat yang nyaman dan harga yang terjangkau, maka kafe ini cocok untuk dijadikan tempat ngabuburit.
Kafe tersebut merupakan kafe yang bernama Tiga Roepa Galeri Jadoel dan Kafe. Kafe ini berlokasi di Yogyakarta dekat monjali atau lebih tepatnya berada di Jl. Pandega Marta No. 43, Manggung, Caturtunggal, Kec. Depok, Kab. Sleman, DIY atau kalian bisa memcari langsung di maps dengan menuliskan ‘Tiga Roepa Kafe’.
Kafe ini mulai beroperasional sejak bulan Mei 2020 lalu. Asal muasal kafe ini merupakan sebuah kafe yang dahulunya merupakan sebuah rumah dari Almarhumah Ibu Ida Hadjar. Beliau merupakan seorang Ibu dari Dennis Yapsir, Pak Dennis ini merupakan pemilik kafe Tiga Roepa tersebut.
Dalam penamaan kafe tiga roepa ini, Bapak Dennis dengan Almarhumah Ibu telah meimikirkan nama sejak lama. Dalam sebuah wawancara Pak Dennis menjelaskan Tiga Roepa, dalam wawancaranya beliau berkata “ Dalam hidup saya itu ada selalu muncul kelipatan tiga”.
Dalam percakapan selanjutnya ia menjelaskan bahwa secara filosofi kata ‘Tiga Roepa’ dari berbagai macam masyarakat itu selalu berbeda-beda dan penerapan kata tersebut lumayan banyak. Semisal dari jepang kata tiga roepa berarti tiga wajah yang selalu muncul dalam kehidupan.
Wajah yang pertama dari filosofi jepang yaitu berupa wajah yang kita tampilkan untuk masyarakat umum. Wajah yang kedua adalah wajah untuk keluarga dan teman. Dan untuk wajah yang terakhir atau wajah ketiga adalah wajah untuk diri kita sendiri, jadi wajah terakhir ini lebih privat.
Beliau juga menjelaskan filosofi lain dari kata ‘Tiga Roepa’ yaitu dari filosofi kehidupan. Di dalam filosofi kehidupan ini terdapat tiga tahapan dalam kehidupan. Tahapan pertama dalam kehidupan ada tahapan masa kecil atau lahir. Tahapan kedua yaitu tahapan kehidupan dimana proses ini merupakan proses kehidupan dari seorang manusia. Tahapan terakhir yaitu mati, tahapan penutup dari tahapan tahapan yang sebelumnya.
Terdapat juga filosofi lain lagi yang dijelaskan oleh beliau yaitu filosofis jawa. Dalam filosofi ini terdapat tradisi yang menyangkut angka tiga. Tradisi jawa yang dimaksud dalam filosofi ini, ketika nyadran atau berkunjung ke makam para penganut tradisi ini mengupayakan untuk membawa tiga jenis atau macam bunga. Tiga jenis bunga tersebut diantaranya bunga mawar merah, bunga mawar putih, dan bunga melati.
Dari filosofi lain yaitu filosofi dalam bentuk keluarga terdapat tiga unsur yaitu Ibu, Bapak, dan Anak. Sehingga dari beberapa filosofis diatas muncullah kata ‘Tiga Roepa’ yang merupakan nama untuk penamaan galeri dan kafe ini.
Dari namanya sendiri sangat terlihat indentitas kafe ini yang mengusung nuansa jadoel atau jaman dulu. Dalam kedai ini terdapat barang barang tua yang menghiasi setiap sudutnya. Kafe ini juga menyuguhkan berbagai spot foto yang menaraik dan instagramable untuk kalangan anak muda maupun kalangan tua.
Pada kafe ini terdapat pula hewan peliharan berupa kucing persia berwarna orange. Kucing ini oleh karyawan yang berada disana sering dijulukki sebagai “CEO Tiga Roepa”, sehingga bisa menjadi tujuan lain juga yaitu bermain dengan kucing.
Tepatnya pada tanggal 19 Juni 2020, Pak Dennis selaku pemilik dan anak dari pelukis Ibu Ida Hadjar menggelar sebuah pameran. Pameran ini ditujukan untuk ulang tahun ibunda tercinta, dalam sebuah wawancaranya pemilik kafe tiga roepa atau Pak Dennis berkata “ 19 Juni 2020 adalah hari ulang tahun almarhumah ibu saya, sehingga timing ini kita manfaatkan untuk grand opening galeri dan kafe tiga roepa. Dengan ditandainya pameran ini, lukisan karya almarhum ibu.”
Dalam pameran tersebut terdapat karya–karya dari almarhumah. Jenis lukisan–lukisan yang ada paling banyak berupa lukisan surealisme. Lukisan surealisme merupakan aliran dimana lukisan yang digambar merupakan obyek dari alam khayal atau alam bawah sadar. Dalam setiap lukisan Pak Dennis menjelaskan satu persatu makna dari lukisan tersebut.
Dalam satu lukisan ia memberi penjelasan dan gambaran kedamaian, bahwa yang baik selalu menang. Gamabaran lain dari lukisan tersebut adanya malaikat yang turun membawakan kebaikan bagi orang yang berada disekitarnya atau dalam gambaran tersebut berupa keluarga.
Dari pameran tersebut terdapat tujuan yang diinginkan oleh Pak Dennis yaitu pameran dan kafe ini ingin memperkenalkan aneka falsafah yang dipelajari sewaktu kecil yaitu falsafah jawa. Beliau ingin memperkenalkannya melalui konsep konsep yang ada yaitu koridor tiga roepa, media lukisan, dan karya seni Ibu Ida Hadjar.
Sehingga dari paparan penjelasan mengenai kafe Tiga Roepa diatas, kafe ini bisa dijadikan tujuan yang bagus untuk ngabuburit bersama teman-teman maupun keluarga pada bulan ramadhan maupun hari hari biasa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI