Mohon tunggu...
Yones Budiono
Yones Budiono Mohon Tunggu... Lainnya - yones budiono

🔄 Listen || Observe || Share 🔄

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seminar Pariwisata Bali (Tulisan Part II)

16 Juli 2021   19:58 Diperbarui: 16 Juli 2021   21:03 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Ilustrasi/UNWTO

Seminar yang diselenggarakan Universitas Triatma Mulya-Fakultas Pariwisata pada Senin (14 Juni 2021) bertema "Restarting Bali Tourism Current Policy and Destination Image Recovery Amid Covid-19 Pandemic"- merupakan  momentum 'pembedahan' isu-isu konkret dan problem fundamental pariwisata Bali di era-pandemic. Menarik, dari tema yang diangkat terdapat tiga pokok bahasan diantaranya: Current World Tourism Issues, Destination Image Recovery Amid Covid-19 Pandemic, Current Bali Tourism Policy Amid Covid-19 Pandemic.

Tulisan ini sebenarnya sudah di-elaborasi oleh 1) Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra.,M.Litt 2) Nono Wibisono.,Ph.D  3) I Nengah Subadra.,SS.,M.Par.,Ph.D yang adalah narasumber dan pakar pariwisata. Kendati demikian, hemat saya pentingnya 'membaca kembali' isi dari  diskusi. Saya berupaya menjabarkan pokok bahasan dan bagaimana pandangan  saya pribadi selaku peserta webinar. Lebih jauh lagi, respon yang diberikan sifatnya debatable-karena saya [mungkin] belum menangkap secara utuh materi yang sudah dipaparkan. Untuk keutuhan tulisan, dengan senang hati-bilamana ulasan ini digugat secara kritis.

Mengingat isi materi secara keseluruhan  penting. Maka, pada ulasan part II ini saya fokus me-riview di bagian Current World Tourism Issues. Dua pokok bahasan seperti : Destination Image Recovery Amid Covid-19 Pandemic, Current Bali Tourism Policy Amid Covid-19 Pandemic menyusul diulas.

 

Current World Tourism Issues

Current World Tourism Issues langsung dibedah oleh pembicara 1: Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra.,M.Litt-beliau adalah guru besar di Universitas Udayana Bali. Sebagai pengantar Prof. Darma menawarkan kata kunci (keywords) yang kiranya mampu memotret situasi pariwisata dunia dan Indonesia. Kata kunci tersebut meliputi: Restart & Restriction-Travel Bubble & Trouble. Mengutip UNWTO Secretary-General, Zurab Polilikashvili menegaskan "Now, as we work to restart tourism, we must recognize that restrictions are just one part of the solution. Travel restrictions have been widely used to restrict the spread of the virus "

 

Situasi Pariwisata Dunia, Buka-Tutup dan Optimisme UNWTO

Buka tutup-nya border yang dilakukan berbagai Negara di dunia-termasuk Indonesia tentu mempunyai dasar, sekurangnya mencegah penyebaran covid-19.  Meskipun pandemic covid-19 berdampak buruk pada ekonomi (baca: sektor pariwisata) UNWTO optimis restriction sebagai solusi penyelamatan pariwisata. UNWTO juga mencatat beroperasinya pariwisata di tengah pandemic (restart) didukung oleh program vaksinasi yang merupakan salah satu syarat melakukan perjalanan wisata.

Pariwisata Indonesia  (Indonesia buka pariwisata Juli 2021)

Sebagaimana yang diungkapkan Nia Niscaya (Deputy Minister for Tourism Marketing, 2 Juni 2021) "Dengan berpartisipasi dalam ATM-Arabian Travel Market Dubai 2021, acara global terkemuka pariwisata outbound, kami menunjukan bahwa Indonesia yakin dapat mempertahankan posisinya sebagai tujuan kelas dunia".

Rencana di bukannya pariwisata Indonesia tidak luput dari perhatian media asing. Salah satu majalah online menulis "If Bali is on your travel itinerary, you may be able to visit this summer" https://www.fool.com/the-ascent/personal-finance /article/bali-announce-july-reopening-for-tourism/ . Terkait pemberitaan pariwisata dibuka, media Australia turut merespon "Bali is among several Indonesian destinations welcoming tourists from next month-but don't pack your bag just yet". Artikel lengkapnya di  https://www.abc.net.au/news/2021-06-03/indonesia-to -reopen-to-international-visitors-from-next-month-100186838 https://www.bbc.com/news/world-australia-572224635.

Sekarang (sampai tulisan ini dibuat) kita melihat bahwa kasus corona di Indonesia masih meningkat. Apa yang telah direncanakan terpaksa kembali dibatalkan. Pariwisata belum bisa dibuka untuk wisatawan manca Negara. Terbaru beberapa Negara menutup border nya untuk Indonesia. Visi menyelamatkan pariwisata di tengah pandemic, terlihat nyleneh tidak masuk akal namun sejatinya logis dan benar. Situasi yang serba paradox, saya meminjam istilahnya Abdur Arsyad (komika), Indonesia seperti "Kapal Tua, Berlayar Tanpa Arah" pada konteks pandemic dan pariwisata.

Terobosan Penthaelix Pariwisata dan Menakar Optimisme Pemulihan Pariwisata

Di masa pandemic, UNWTO membuat semacam kebijakan, usulan dan saran yang kiranya bisa diadopsi oleh pihak industri pariwisata  seperti:  1) Memperkenalkan dan adaptasi proses dan prosedur yang dapat ditindaklanjuti dan diselaraskan, 2) Mendukung perusahaan dalam implementasi dan pelatihan staf mereka tentang protokol baru (pembiayaan dan pelatihan), 3) Meningkatkan penggunaan teknologi untuk perjalanan yang aman, lancar, dan tanpa sentuhan di destinasi, 4) Menyediakan informasi yang andal, konsisten, dan esai untuk mengakses informasi tentang protokol ke sektor swasta dan wisatawan, 5) Membuat program dan kampanye untuk mendorong pasar domestik, 6) Mempromosikan produk dan pengalaman baru yang ditargetkan pada individu dan kelompok kecil wisatawan, 7) Tentukan peran dan tanggung jawab untuk pemerintah, sektor swasta dan wisatawan (UNWTO 2020).

Apa yang disebutkan UNWTO , jika dicermati kiranya sudah diimplementasikan oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta stakeholders terkait. Bila demikian, sudah sepatutnya kita mengapresiasi langkah-langkah yang sudah diambil. Adapun yang menjadi harapan bersama penthaelix pariwisata terus berinovasi, sehingga target memulihkan kembali pariwisata di segala level dapat terwujud.

Selanjutnya, apakah pariwisata (termasuk: Indonesia) masih bisa kita diandalkan? Sejenak kita me-refleksi pariwisata sebagai fenomena dan pariwisata sebagai industri. Pada fase ini, tulisan tidak masuk pada catatan historis tersebut. Menjawab pertanyaan tadi, walaupun pariwisata sedang dihantam pandemic covid-19, sejatinya industri tourism masih bisa diandalkan di masa yang akan datang. Secara sederhana bisa dibilang, menyelamatkan pariwisata ditengah badai pandemic covid-19 bukanlah hal yang mustahil.

Ancaman covid-19 belum sepenuhnya habis, usaha untuk menyelamatkan pariwisata tidak saja dilakukan dengan restart tetapi juga dengan restriction, memanfaatkan travel bubble dan memantau travel trouble. Bilamana restriction merupakan solusi menyelamatkan pariwisata. Indonesia (baca: dan Bali) bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Karena berhasil  atau tidaknya 'visi' memulihkan pariwisata tergantung kebijakan pemerintah dan Negara lain yang membuka border-nya.  Melihat situasi yang tidak jelas ini, kita meski sepakat dan optimis bahwa pariwisata bisa bangkit dan jaya lagi. Hal ini pun sejalan dengan program vaksinasi dan tuntutan perbaikan ekonomi serta pentahelix pariwisata terus berinovasi, melakukan terobosan guna memulihkan kembali pariwisata.  Salam Pariwisata !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun