Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui hasil pemblokiran anggaran sebesar Rp 50,14 triliun digunakan untuk BLT pangan dan subsidi pupuk.
Saat ini total anggaran untuk bansos mencapai Rp 496 triliun, atau melonjak sekitar 20 persen dibanding tahun sebelumnya. Bahkan sudah mendekati angka saat puncak pandemi.
Dikutip dari Majalah Tempo, sumber di Kementerian Keuangan menyebut penambahan anggaran bansos dikebut usai Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan yang memberi jalan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi peserta kontestasi Pilpres 2024.
Nuansa adanya korelasi antara peningkatan bansos dengan upaya pemenangan Gibran menemukan pembenarnya ketika selama musim kampanye Jokowi bersama Ibu Negara Iriana, keliling pelosok Jawa untuk membagikan bansos.
Meski telah dibantah dan Jokowi mengatakan dirinya netral, tetapi rasa adanya keberpihakan itu sulit dibendung. Terlebih para punggawa di sekitarnya, termasuk Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, senantiasa menarasikan bansos sebagai bantuan Presiden Jokowi.
Melihat fakta demikian, maka Pilpres 2024 bukan lagi pertarungan isu perubahan versus keberlanjutan program Jokowi. Pertarungan sesungguhnya adalah perubahan versus bansos plus dugaan ketidaknetralan aparat dan penjabat kepala daerah yang didrop dari pusat.
Berbagai kesulitan yang dialami kubu Anies-Muhaimin ketika mencari lokasi acara "Desak Anies", berbanding terbalik dengan Prabowo-Gibran yang seperti mendapat perlakuan khusus untuk menggunakan fasilitas pemerintah dengan dalih sewa.
Demikian juga upaya penjegalan lainnya, seperti sulitnya pendukung AMIN menyewa moda transportasi untuk menghadiri kampanye karena pemiliknya konon mendapat tekanan dari aparat.
Kini kita akan menyaksikan apakah rakyat Indonesia cukup cerdas dan mau mengesampingkan tebaran bansos dalam memilih calon pemimpinnya. Siapa pun yang dipilih, apakah perubahan atau keberlanjutan, tidak terlalu penting.
Yang utama dan terpenting adalah memilih dengan menggunakan akal sehat berdasar rekam jejak dan program capres, bukan karena diberi bansos atau karena ada intimidasi aparat.
Jangan sampai demokrasi yang kita perjuangkan bersama, mengorbankan nyawa putra-putra terbaik bangsa, juga tetesan keringat, darah dan air mata, runtuh dan sia-sia karena bansos. Jadilah pemilih merdeka, bebas memilih calon pemimpinnya tanpa rasa takut.