Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Cara Anies Membangun Militansi Pendukungnya

7 Februari 2024   17:45 Diperbarui: 8 Februari 2024   04:23 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desak Anies. Foto: Antara via mediaindoneia.com

Perlahan acara Desak Anies diketahui oleh masyarakat. Mereka mulai tertarik dan ingin ikut terlibat karena dianggap sebagai sesuatu yang baru. Motifnya pun beragam, dari sekedar ingin melihat wajahnya secara langsung, hingga emak-emak yang ingin berfoto. Acara Desak Anies sering juga menjadi tempat menumpahkan unek-unek kalangan milenial dari persoalan kampus, pekerjaan, sampai percintaan.

Dari awalnya hanya diikuti ratusan peserta, saat ini acara Desak Anies selalu dihadiri ribuan peserta seperti yang terjadi di berbagai daerah seperti Lampung, Medan dan Semarang. Padahal tidak ada suguhan makanan atau pengganti transportasi.

Desak Anies. Foto: Antara via mediaindoneia.com
Desak Anies. Foto: Antara via mediaindoneia.com

Ketiga, tidak menyebar gambar secara masif. Sebagai capres dengan anggaran kampanye paling minim, Anies sengaja tidak menghamburkan uang untuk mencetak spanduk, poster dan baliho. Dari pengalaman selama ini, banyaknya alat peraga kampanye (APK) tidak berbanding lurus dengan elektabilitas.

Tim Anies juga sadar masyarakat gerah dengan tebaran APK yang mengganggu dan merusak wajah kota. Dari kasus-kasus sebelumnya, bahkan merusak tanaman ketika APK dipaku di batang pohon. Anies lebih senang bertemu dan berdialog langsung dengan masyarakat.

Keempat, tidak bagi-bagi kaos dan uang. Dalam setiap kegiatan, baik Desak Anies maupun kampanye akbar, tim Anies tidak pernah bagi-bagi uang, dan atribut seperti kaos atau jaket. Para pendukungnya paham, relawan tidak dibayar bukan karena tidak dihargai, tapi karena tidak ternilai harganya.

Dari sana, tumbuh simpatisan dan pendukung militan yang rela mengeluarkan uang pribadi untuk membuat kaos, dan atribut lain, bahkan memasang baliho berbayar. Dari survei kecil-kecil, banyak pendukungnya yang membeli kaos dari marketplace dan toko online.

Kelima, memanfaatkan media sosial. Anies berhasil memanfaatkan media sosial secara tepat. Dari awalnya hanya memposting melalui Facebook dan Twitter (kini X), Anies merambah ke TikTok. Panggilan "Abah" kepada Anies bukan hasil gimik atau by design.

Panggilan itu muncul secara alami, disematkan oleh pengguna TikTok yang merasa dekat dengan sosok Anies saat live. Jawaban, nasihat dan cara Anies menyapa sangat natural sehingga sebagian warga TikTok yang berinteraksi merasa sedang berbincang dengan ayahnya.

Buah dari semua itu, adalah lonjakan elektabilitas Anies-Muhaimin (AMIN) yang luar biasa. Bahkan lembaga-lembaga survei yang sebelumnya mem-branding dengan angka di bawah satu digit, tidak berani lagi menempatkannya di posisi buncit.

Dari semua fenomena itu, maka ketika ticket war untuk menghadiri kampanye akbar di Jakarta International Stadium (JIS) tembus 3,5 juta peserta dengan daftar antrean mencapai 4 jam, kita bisa memahaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun