Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kritik Keras TNI, Megawati Tidak Lagi Sebut Petugas Partai

10 Januari 2024   15:52 Diperbarui: 10 Januari 2024   15:52 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati Soekarnoputri. Foto: KOmpas.com

Peringatan HUT PDIP ke-51 menjadi ajang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri melontarkan kritik keras kepada aparat TNI dan Polri. Insiden pemukulan simpatisan Ganjar-Mahfud oleh sejumlah oknum TNI di Boyolali menjadi pemantiknya.

Alih-alih memamerkan capaian partainya, pidato politik Megawati diisi dengan kritik keras terhadap aparat yang dinilainya tidak bertindak dengan baik. Selain soal pemukulan simpatisan Ganjar-Mahfud, Megawati juga mencontohkan adanya ketua RT yang diintimidasi.

"Emangnya rakyat mau kamu pentungi hah? Penjajah boleh kamu tembak, tapi kalau rakyat no, no, no," kata Megawati, Selasa (10/1/2022) di hadapan sejumlah kader PDIP dan ramu undangan termasuk Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Megawati mengungkapkan, ada kegelisahan di tengah masyarakat yang diintimidasi oleh oknum aparat negara. Hal itu terjadi karena ada ada upaya menjadikan pemilu sebagai ajang untuk melanggengkan kekuasaan.

Dalam pidato politik yang diberi judul "Satyam Eva Jayate" yang berarti kebenaran pasti menang, Megawati mengingatkan agar TNI, Polri dan ASN netral. "Emangnya pelor mau ditembakkin ke rakyat?"

Megawati juga menyinggung pentingkan etika dan kepintaran dalam memimpin negara dengan penduduk 270 juta orang lebih.

Jika melihat kondisi saat ini, di mana sejumlah lembaga survei menempatkan pasangan Ganjar Pranowo -- Mahfud MD yang diusung PDIP, di posisi buncit, sikap Megawati sangat mungkin sebentuk kekecewaan.

Terlebih Presiden Joko Widodo, salah satu kader terbaik PDIP, telah terang-terangan mendukung paslon diluar yang telah diputuskan oleh Megawati. Bahkan Jokowi tidak hadir dalam acara peringatan HUT PDIP.

Benar, Presiden Jokowi memiliki agenda kerja ke Filipina. Tetapi, jika ada niat untuk menghadiri peringtan HUT PDIP, tentunya agenda kegiatannya yang sudah disusun jauh hari sebelumnya, akan mengikuti. Bukankah di tahun-tahun sebelumnya Jokowi selalu bisa hadir meski memiliki kesibukan luar biasa?

Terlebih sebelumnya Jokowi juga menyempatkan diri menemui para ketua umum partai pengusung pasangan Prabowo Subianto -- Gibran Rakabuming Raka. Meski dilakukan di hari libur, tetap saja sulit untuk menghindari anggapan ketidakhadiran Jokowi dalam acara HUT PDIP terkait adanya perbedaan pilihan politik dengan Megawati.

Persoalannya, apakah kritik keras Megawati kepada TNI, juga Polri, dapat membantu menaikkan elektabilitas Ganjar -- Mahfud? Atau justru menjadi blunder?

Seperti sering diungkap oleh lembaga survei, dan diserukan kembali oleh Megawati, basis pemilih PDIP adalah wong cilik, kelas menengah ke bawah baik secara ekonomi maupun pendidikan.

Kelompok ini memandang prajurit TNI dengan kaca mata heroisme. Kekaguman mereka terhadap anggota TNI  lebih tebal dibanding kelompok masyarakat kelas menengah ke atas.

Dari sisi ini, kritik Megawati bukan mustahil justru menjadi bumerang baik untuk partai maupun kandidat yang diusung pada Pilpres 2024. Bagaimana pun kritik Megawati tentu menimbulkan rasa tidak nyaman bagi prajurit TNI.

Kita paham, yang dikritik Megawati adalah kebijakan elit. Namun andai benar apa yang disampaikan Megawati, ada aparat yang mengintimidasi rakyat, tentu akan menempatkan prajurit TNI dalam posisi sulit.

Tadinya kita berharap Megawati memberikan kritik keras terhadap kadernya yang sudah mbalelo dari kebijakan partai. Lebih spesifik lagi, terhadap Jokowi yang sudah terang-benderang memberikan dukungan kepada Prabowo -- Gibran seperti terlihat dari komentar dan juga gestur politiknya.

Namun selama pidatonya, Megawati sama sekali tidak menyinggung Jokowi secara khusus. Megawati hanya menyinggung adanya permainan hukum demi melanggengkan kekuasaan melalui pemilu. Sesuatu yang sudah lewat.

Bahkan seolah mengoreksi ungkapannya favoritnya kepada Jokowi, kali ini Megawati mengganti sebutan petugas partai dengan kader. "Saya memang berkeinginan Pak Ganjar, saya tanya dulu, 'kalau kamu ditugasi, nanti marah juga bilang saya ditugasi'. (Saya) memang harus menugasi, beliau kader," kata Megawati.

Momentum perayaan HUT PDIP yang mestinya sangat strategis karena hanya sebulan sebelum pelaksanaan Pemilu 2024, sepertinya gagal dimanfaatkan untuk membakar militansi kadernya. Target PFIP untuk hattrick menang pemilu dan pilpres, seperti kian jauh.

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun