Pertanyaan terakhir, mengapa Demokrat terlihat antusias menyambut uluran tangan PDIP? Benarkah karena ingin meninggalkan KPP.
Untuk menjawabnya, perlu dipahami posisi Partai Demokrat yang tengah diganggu oleh Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko. Demokrat harus super hati-hati karena penguasa bisa saja mutar-balik situasi seperti yang dilakukan Soeharto terhadap PDI di zaman Orde Baru.Bukankah apa yang dilakukan Moeldoko sama persis dengan Soerjadi ketika mengambil-alih PDI dari tangan Megawati?
Sebagai mantan Kasospol ABRI, SBY yang saat itu berpangkat Letnan Jenderal, paham betul akan hal itu. Meski tidak ada celah sedikit pun bagi Moeldoko, tapi jika penguasa berkehendak, maka bisa saja Demokrat berpindah-tangan.
Demokrat (baca: SBY) harus hati-hati dan memanfaatkan setiap celah agar hal buruk itu tidak terjadi. Tetapi bukan berarti Demokrat akan nurut dengan kemauan PDIP. SBY tidak akan "menjual" harga dirinya untuk kepentingan jangka pendek. Pertemuan "tidak sengaja" antara SBY dengan Presiden Jokowi di Gelora Bung Karno, adalah jawaban dari semua pertanyaan di atas.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H