Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelisik "Perang Saudara" di Tubuh PAN

6 Mei 2020   12:41 Diperbarui: 6 Mei 2020   13:21 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais di depan massa PAN. Foto: Antara

Mundurnya Hanafi Rais dari Partai Amanat Nasional (PAN) tidak hanya membuka "borok" partai namun juga keluarga Amien Rais. Sang adik, Mumtaz Rais menuding kakaknya baper dan tidak dewasa dalam berpolitik. Wujud kegagalan Amien Rais?

Perpecahan di tubuh PAN sedikit memiliki warna berbeda karena melibatkan keluarga besar. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan adalah besan sang pendiri sekaligus ketua umum pertama partai berlambang matahari, Amien Rais. Meski lahir dari kandungan Muhammadiyah, namun PAN lebih identik dengan Amien Rais yang adalah juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Gesekan akibat beda visi antara Amien Rais dengan Zulkifli Hasan terjadi sejak lengsernya Hatta Rajasa, usai gelaran Pilpres 2014. Saat itu Hatta Rajasa menjadi calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto kalah melawan pasangan Joko Widodo -- Jusuf Kalla.  

Zulkifli kemudian membawa PAN ke gerbong Istana dengan imbalan satu kursi kabinet. Langkah tersebut menuai kecaman dari Amien Rais yang berharap PAN tetap menjadi oposisi.  Namun posisinya sebagai Ketua Dewan Kehormatan tidak mampu mengubah keputusan Zulkifli.

Menjelang gelaran Pilpres 2019, kembali PAN terombang-ambing. Kuatnya pengaruh Amien Rais berhasil membelotkan kemudi PAN keluar dari koalisi pemerintah dengan mendukung pasangan Prabowo -- Sandiaga Uno. Lagi-lagi PAN gigit jari setelah jagoannya kembali kalah. Terlebih ketika Prabowo kemudian masuk ke dalam kabinet Joko-Ma'ruf Amin.

Gerindra mendapat jatah dua kursi yakni Menteri Pertahanan yang diduduki sendiri oleh Prabowo, serta Menteri Kelautan dan Perikanan yang diduduki kadernya, Eddhy Prabowo. Upaya Zulkifli merapat ke Istana gagal dengan menyedihkan. Upayanya untuk mempertahankan kursi Ketua MPR juga gagal karena koalisi pemerintah sudah tidak membutuhkan suara PAN setelah kehadiran Gerindra.

Kengototan Zulkifli merapat ke Jokowi dijadikan amunisi oleh Amien Rais untuk melengserkan melalui Kongres V, Februari 2020. Amien terang-terangan mendukung  Mulfahri Harahap. Panasnya gejolak kongres PAN di Kendari Sulawesi Tenggara, dapat dilihat bukan hanya dari perang statemen di media namun juga "perang kursi" di arena kongres.

Kali ini Amien Rais harus (kembali) mengakui keunggulan strategi Zulkifli yang berhasil terpilih kembali untuk memimpin PAN periode 2020 -- 2025. Sebelumnya, dalam  perebutan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, jagoan Amien Rais, Ahmad Fanani juga dikalahkan oleh "jagoan istana", Sunanto.

Dari sinilah muncul wacana PAN reformasi. Namun banyak yang menduga, wacana itu tak lebih hanya gimmick karena putra-putra Amien Rais masuk ke dalam kepengurusan PAN yang baru. Hanafi Rais di posisi Wakil Ketua Umum, sedang Mumtaz menjadi salah satu ketua DPP. Bahkan dukungan Amien Rais kepada lawan Zulkifli pun dianggap hanya permainan politik untuk menaikkan posisi tawar politisi asal Lampung itu di depan Jokowi.

Tetapi mundurnya Hanafi Rais, putra tertua Amien Rais, secara total, baik dari kepengurusan maupun Ketua Fraksi PAN DPR,  menimbulkan spekulasi lain. Terlebih Mumtaz mengeluarkan "kecaman" terhadap langkah kakaknya, sesuatu yang luar biasa meski dalam konteks politik. Kecaman Mumtaz yang adalah juga menantu Zulkifli Hasan, dapat diartikan sebagai keretakan di dalam keluarga Amien Rais.

Bersandar dari kemungkinan itu, apakah ini bentuk kegagalan manajemen politik Amien Rais? Ataukah kita tengah menyaksikan bentuk kebebasan  berpolitik yang sesungguhnya, yang tidak terikat pada hubungan keluarga. Antar besan boleh berseberangan, kakak-adik sah saja saling kecam.

Sulit membayangkan hubungan kekerabatan antara keluarga besar Amien Rais dan Zulkifli Hasan tidak terpengaruh oleh perbedaan politik yang ada, terlebih telah menjadi konsumsi media. Bagaimana Putri Zulya Safitri harus salam takzim kepada Amien Rais- mertuanya, yang adalah musuh politik bapaknya?

"Perang saudara" antara Hanafi dan Mumtaz bisa menjadi pendidikan politik bagi kita manakala keduanya dapat memilahnya dengan baik. Kecaman Mumtaz harus didasarkan pada kepentingan dan atas nama partai, bukan karena keberpihakan buta pada mertuanya. Demikian juga keputusan Hanafi, karena menurutnya ada yang keliru dalam kebijakan partai, bukan semata ingin membela ayahnya.

Jika bisa demikian, maka ini bentuk keberhasilan Amien Rais. Namun andai sebaliknya, Amien Rais harus legowo untuk keluar dari gelanggang agar perpecahan keluarganya tidak semakin dalam.

Amien Rais boleh bertepuk dada pernah menjadi motor penggerak reformasi yang menjungkalkan Soeharto dan tampil sebagai king maker yang menentukan pemimpinan nasional.  Tetapi Amien Rais juga harus menyadari, masa kejayaan seseorang ada batasnya. Dan saat ini mungkin bukan lagi masanya.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun