Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Stafsus Presiden Jokowi Bisa Terancam Hukuman Mati

14 April 2020   17:10 Diperbarui: 15 April 2020   09:56 5627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andi Taufan (berdiri) saat diperkenalkan Presiden Jokow. Foto: KOMPAS.com/Dok Amartha

Adanya conflict of interest  juga dapat dilihat dari redaksional suratnya di mana Andi Taufan dengan gamblang menyebut perusahaannya siap berpartisipasi dalam program relawan desa yang diinisiasi oleh Kementerian  Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Andi Taufan meminta bantuan pejabat di daerah (camat) untuk kepentingan perusahaanya. Di mana pun, setiap perusahaan tentu berorientasi pada keuntungan (profit), terkecuali perusahaan nirlaba atau yayasan sosial.

Faktor lain yang tidak kalah mengenaskan adalah ketidakpekaan terhadap kondisi saat ini. Sebagai orang dekat presiden, mestinya Andi "berkorban" terlebih dulu dibanding pengusaha lain dan masyarakat umum.

Artinya, Andi Taufan seharusnya mengesampingkan usahanya, perusahaannya, dan ikut fokus pada upaya penanganan bencana.  Bayangkan, di saat perusahaan lain megap-megap, terpaksa merumahkan karyawannya, Andi Taufan justru diduga hendak "memanfaatkan" situasi dan jabatannya untuk mendapatkan pekerjaan yang kemungkinan  akan mendatangkan "keuntungan" bagi perusahaannya.

Semoga saja Andi Taufan tidak berpikiran sejauh itu, melainkan hanya kekeliruan semata. Sungguh pun demikian, alangkah elok jika Presiden Jokowi memberikan teguran. Jangan sampai upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi bencana non-alam ini tercoreng oleh hal-hal seperti itu.

Salam @yb

Baca juga : Inikah Tujuan Permenhub Luhut yang Sebenarnya? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun