Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gibran Lawan Kotak Kosong, Gerindra Berani Mbalelo?

11 Februari 2020   09:55 Diperbarui: 11 Februari 2020   09:56 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka. Foto: KOMPAS.com/Antara

PDI Perjuangan hampir dapat dipastikan mengusung Gibran Rakabuming Raka dalam kontestasi elektoral Kota Solo 2020. Putra sulung Presiden Joko Widodo itu akan disandingkan dengan Teguh Prakosa yang sudah terlebih dulu dijagokan sebagai bakal calon Wakil Wali Kota oleh DPC PDIP Solo.

Tetapi faktor eksternal menjadi penentu kapan pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo ini akan diumumkan. Banteng moncong putih tentu tidak ingin "dikadali" partai-partai lain karena jika penetapan Gibran -- Teguh diumumkan sekarang, bukan mustahil seluruh partai rival akan bersatu untuk mengalahkan seperti pada Pilwakot 2015 lalu.

Kekuatiran itu bukan tanpa alasan karena sebelumnya sempat ada friksi cukup tajam antara DPC dengan sejumlah tokoh teras PDIP, termasuk Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Kebesaran nama Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan juga pengaruh Presiden Jokowi yang akhirnya sanggup meredakan.

Seperti diketahui sejak awal DPC PDIP Kota Solo itu "menolak" Gibran. Bahkan pasangan Achmad Purnomo -- Teguh Prakosa sudah langsung didaftarkan ke DPP oleh Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo tanpa membuka proses penjaringan. Rudy menyebut Wakil Wali Kota Solo dan Sekretaris DPC PDIP Solo iitu sudah mendapat dukungan dari seluruh PAC sehingga langsung ditetapkan sebagai pasangan bakal calon.

Hal itu, menurut Rudy, mengacu pada Peraturan Partai No 24 tahun 2017 di mana DPC Solo dapat melakukan penjaringan calon kepala daerah secara tertutup di internal karena berhasil memperoleh lebih dari 25 persen suara di Pemilu 2019.

Nyatanya kengototan Rudy kalah oleh skenario Gibran. Karena tidak mendapat kesempatan mendaftar melalui DPC Solo, Gibran lantas mendaftar lewat DPD PDIP Jawa Tengah. Langkah Gibran semakin terbuka setelah dipanggil Megawati.

Bersamaan dengan itu, Jokowi pun "turun tangan" untuk meredakan kegundahan Rudy. Keduanya bertemu di Yogyakarta dan Rudy terang-terangan mengatakan mereka sempat membahas soal Pilwakot Solo. Dan sejak itu kengototan Rudy, yang juga Wali Kota Solo, mulai kendur dengan ditandai pernyataan siap bekerja keras memenangkan siapa pun yang nantinya dipilih DPP.

Kini setelah Gibran, Purnomo dan Teguh dipanggil untuk mengikuti fit and proper test di DPP, polarisasi kekuatan di tubuh PDIP Solo benar-benar mencair. Tidak ada lagi suara-suara ancaman agar DPP mendukung Purnomo -- Teguh.

Sangat mungkin akan ada dua penyelesaian berbeda. Pertama, Gibran akan dipasang dengan Teguh dengan alasan Purnomo sudah menjabat Wakil Wali Kota selama dua periode sehingga tidak memungkinkan lagi secara undang-undang, meski ada celah karena jabatan pertamanya kurang dari 2,5 tahun.  

Kedua, sebagai kompensasinya, Purnomo akan diberi jabatan strategis di Jakarta. Kemungkinan jabatan nonkarir di Kementerian Dalam Negeri atau komisaris BUMN. Purnomo akan kesulitan menolak setelah adanya perubahan sikap dari Rudy yang selama ini menjadi pendukung utamanya.

Tetapi situasi akan berbeda manakala Purnomo kemudian dielus-elus oleh seluruh partai rival PDIP.

Sebab meski sejauh ini hapir semua partai sudah menyatakan dukungan kepada Gibran namun masih sebatas wacana. Gerindra beralasan, masih menunggu keputusan PDIP yang memiliki 30 kursi di DPRD Solo. Demikian juga Golkar dan PSI yang sejak jauh hari sudah menyatakan dukung. PKS yang belakangan ikut menyuarakan dukungan, juga belum menuangkan dalam surat keputusan.

Memang jika dilihat secara umum, praktis hanya PAN- sebagai satu-satunya partai pemilik kursi di DPRD Solo, yang belum menentukan pilihan. Sebab partai-partai yang tidak memiliki wakil di legislatif setempat pun seperti Demokrat, PKB dan PPP, juga sudah memberikan dukungan kepada Gibran.   

Dengan demikian, jika kemudian PDIP benar-benar mencalonkan Gibran, maka terbuka kemungkinan akan melawan kotak kosong karena PAN yang bermodalkan 3 kursi DPRD, tidak bisa mengusung pasangan calon sendiri.

Tetapi ingat, jika PDIP memunculkan pasangan Gibran -- Teguh, di mana keduanya notabene kader PDIP, bukan mustahil Gerindra dan PKS balik arah untuk membentuk poros bersama PAN dan kemungkinan juga Golkar dan Demokrat.

Jika pun Golkar menolak, Gerindra (3 kursi), PKS (5 kursi) tetap masih bisa membentuk poros bersama PAN dan Demokrat untuk mengusung pasangan calon. Dan tokoh yang akan diusung tentunya Purnomo karena paling potensial merusak langkah Gibran.

Tetapi beranikah Gerindra mbalelo di Solo? Sebab Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terlihat sudah nyaman di kursi Menteri Pertahanan dan semakin akrab dengan Megawati.

Padahal bisa saja Gerindra melakukan dengan alasan agar Gibran tidak melawan kotak kosong karena tidak baik bagi perkembangan demokrasi.

Hal ini juga yang kemungkinan masih menjadi pertimbangan DPP PDIP menahan pengumuman kandidat yang akan diusung. Sebab jika ingin aman, maka nama Gibran -- Teguh baru akan diumumkan menjelang penutupan pendaftaran di KPU sehingga partai lain tidak memiliki waktu untuk melakukan manuver.

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun