PDI Perjuangan hampir dapat dipastikan mengusung Gibran Rakabuming Raka dalam kontestasi elektoral Kota Solo 2020. Putra sulung Presiden Joko Widodo itu akan disandingkan dengan Teguh Prakosa yang sudah terlebih dulu dijagokan sebagai bakal calon Wakil Wali Kota oleh DPC PDIP Solo.
Tetapi faktor eksternal menjadi penentu kapan pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo ini akan diumumkan. Banteng moncong putih tentu tidak ingin "dikadali" partai-partai lain karena jika penetapan Gibran -- Teguh diumumkan sekarang, bukan mustahil seluruh partai rival akan bersatu untuk mengalahkan seperti pada Pilwakot 2015 lalu.
Kekuatiran itu bukan tanpa alasan karena sebelumnya sempat ada friksi cukup tajam antara DPC dengan sejumlah tokoh teras PDIP, termasuk Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Kebesaran nama Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan juga pengaruh Presiden Jokowi yang akhirnya sanggup meredakan.
Seperti diketahui sejak awal DPC PDIP Kota Solo itu "menolak" Gibran. Bahkan pasangan Achmad Purnomo -- Teguh Prakosa sudah langsung didaftarkan ke DPP oleh Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo tanpa membuka proses penjaringan. Rudy menyebut Wakil Wali Kota Solo dan Sekretaris DPC PDIP Solo iitu sudah mendapat dukungan dari seluruh PAC sehingga langsung ditetapkan sebagai pasangan bakal calon.
Hal itu, menurut Rudy, mengacu pada Peraturan Partai No 24 tahun 2017 di mana DPC Solo dapat melakukan penjaringan calon kepala daerah secara tertutup di internal karena berhasil memperoleh lebih dari 25 persen suara di Pemilu 2019.
Nyatanya kengototan Rudy kalah oleh skenario Gibran. Karena tidak mendapat kesempatan mendaftar melalui DPC Solo, Gibran lantas mendaftar lewat DPD PDIP Jawa Tengah. Langkah Gibran semakin terbuka setelah dipanggil Megawati.
Bersamaan dengan itu, Jokowi pun "turun tangan" untuk meredakan kegundahan Rudy. Keduanya bertemu di Yogyakarta dan Rudy terang-terangan mengatakan mereka sempat membahas soal Pilwakot Solo. Dan sejak itu kengototan Rudy, yang juga Wali Kota Solo, mulai kendur dengan ditandai pernyataan siap bekerja keras memenangkan siapa pun yang nantinya dipilih DPP.
Kini setelah Gibran, Purnomo dan Teguh dipanggil untuk mengikuti fit and proper test di DPP, polarisasi kekuatan di tubuh PDIP Solo benar-benar mencair. Tidak ada lagi suara-suara ancaman agar DPP mendukung Purnomo -- Teguh.
Sangat mungkin akan ada dua penyelesaian berbeda. Pertama, Gibran akan dipasang dengan Teguh dengan alasan Purnomo sudah menjabat Wakil Wali Kota selama dua periode sehingga tidak memungkinkan lagi secara undang-undang, meski ada celah karena jabatan pertamanya kurang dari 2,5 tahun. Â
Kedua, sebagai kompensasinya, Purnomo akan diberi jabatan strategis di Jakarta. Kemungkinan jabatan nonkarir di Kementerian Dalam Negeri atau komisaris BUMN. Purnomo akan kesulitan menolak setelah adanya perubahan sikap dari Rudy yang selama ini menjadi pendukung utamanya.