Prediksi dunia akan menjadi desa besar tanpa sekat ternyata tidak terbukti. Borderless mungkin hanya ada di dunia maya sepanjang yang dimaksud dalam lingkup hubungan antar personal. Realitanya, saat ini setiap negara justru memperkuat bahkan menutup perbatasan tradisionalnya.
Oleh karenanya, kita perlu menata kembali etika berbangsa, mengajarkan kembali tentang bagaimana menghargai dan menghormati hak orang lain, tanpa harus kembali ke sistem yang telah kita tinggalkan.Â
Jangan rusak sistem, tertulis maupun tidak, yang sudah ada dan terbukti mampu menjadi penyelaras dinamika di tengah masyarakat.
Jika ingin berkuasa, mulailah dengan membuka diri agar masyarakat mengenal dan mempercayainya. Jangan menggunakan isu-isu yang melukai warga bangsa lainnya.
Jika ingin meruntuhkan dominasi mayoritas, rangkullah mereka, bukan dengan cara mencaci. Bagaimana mungkin mau mendapat simpati jika cara-cara yang dipakai justru melukai?
Tahun 2020 kita kembali dihadapkan pada kontestasi politik yang cukup besar. Setidaknya ada sekitar 270 daerah setingkat provinsi dan kabupaten/kota yang akan menyelenggarakan hajat politik lima tahunan itu.
Tentu kita berharap, tidak ada kontestan yang menggunakan isu-isu primordial, menggunakan ujaran-ujaran yang melukai, demi mencapai kemenangan. Ada hal yang lebih penting dibanding kemenangan yakni persaudaraan di bawah satu panji kebangsaan.
Salam @yb  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H