Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Plus Minus Dukungan PBB untuk Jokowi

3 Desember 2018   11:47 Diperbarui: 3 Desember 2018   20:28 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan lupa, keputusan Yusril membawa PBB ke Istana tidak terlepas dari intrik yang terjadi di kubu pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno. Beberapa kali Yusril mengkritik Ketua Kehormatan PAN Amien Rais yang berupaya menjadi king maker kubu oposisi dengan memanfaatkan Persaudaraan Alumni (PA) 212. 

Meski akhirnya gagal total, Yusril terlanjur sakit hati karena Amien dianggap menjadi penyebab hilangnya kesempatan Yusril menjadi lokomotif perjuangan kubu oposisi dari sayap Islam.

Baca selengkapnya di sini : Jadi Pengacara Jokowi, Strategi Politik atau Luapan Sakit Hati Yusril?

Yusril juga melihat jika tetap bersama kubu oposisi, peluang PBB untuk meraih suara, minimal memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) Pemilu 2019 sebesar 4 persen nyaris tertutup karena rebutan suara di basis yang sama dengan partai-partai oposisi lainnya. Fakta menunjukkan, kelompok Rizieq Shihab lebih condong ke PKS dan PAN dibanding ke PBB.

Fakta lain adalah kecilnya perolehan suara PBB di pemilu-pemilu sebelumnya karena kemungkinan hanya berkutat di basis eks Masyumi. Sebagai gambaran, pada Pemilu 1999 hanya meraih 2 persen suara dan 2,6 persen suara di Pemilu 2004. 

Setelah diberlakukan parliamentary threshold, PBB gagal menempatkan kadernya di DPR pada Pemilu 2009 karena hanya memperoleh 1,8 juta suara, setara 1,79 persen. Di Pemilu 2014, PBB kembali gagal mengirim wakilnya di DPR setelah finis di urutan 11 dari 12 partai peserta dengan hanya meraih 1,46 persen suara.

Artinya, dukungan ke Istana adalah bagian dari upaya Yusril meluaskan basis suara PBB. Yusril tentu berharap PBB akan dapat diterima di kalangan Islam nasionalis. Penguatan kubu Islam nasionalis di tubuh PDI Perjuangan bukan rahasia lagi. Pendirian sayap organisasi Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) adalah jawaban terhadap aspirasi tersebut.

Dengan mendukung Jokowi, kini kader-kader PBB memiliki tiket untuk masuk ke kantong-kantong PDI Perjuangan untuk memperkenalkan program dan nafas perjuangannya. Jika cukup menarik- minimal bisa menepis kecurigaan memiliki agenda "radikal" dan menawarkan kompromi elegan antara kubu nasionalis dan agama, bukan hal mustahil akan mendapat cipratan suara dari faksi Bamusi.  

Akankah "perjudian" Yusril berhasil? Kini saatnya menguji kepiawaian Yusril dalam berpolitik, apakah secemerlang pemikiran-pemikirannya di bidang ketatanegaraan, ataukah justru akan "menodai" kehijauan PBB dengan warna merah.  

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun