Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sandiaga Berpotensi Jadi Pembeda Hasil Pilpres

13 Oktober 2018   14:46 Diperbarui: 15 Oktober 2018   02:58 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu aktifitas Sandiaga Uno saat di Solo, Jawa Tengah. Foto: tribunnews.com

Sandiaga menggebrak dengan melakukan roadshow ke sejumlah daerah, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sandiaga terlihat berupaya masuk ke kantong-kantong Nahdlatul Ulama (NU). Meski PKB sebagai kendaraan politik warga NU, mendukung Jokowi-Ma'ruf, namun kehadiran Sandiaga ternyata cukup diterima.

"Saya akan mendorong program santripreneur nantinya," ujar Sandiaga ketika ngopi bareng emak-emak di Surabaya. Santripreneur adalah salah satu program yang ditawarkan Sandiaga kepada para santri di pesantren yang menjadi basis NU.

Jika Sandiaga berhasil memecah suara NU, maka hal ini menjadi warning serius bagi kubu Jokowi-Ma'ruf. Sebab kubu Islam di luar NU, seperti Muhammadiyah yang juga memiliki anggota terbesar kedua di Indonesia setelah NU, diyakini "bulat" mendukung Prabowo-Sandiaga.

Artinya, roadshow Sandiaga bagian dari strategi terukur, bukan asal muncul. Bahkan mungkin memang disengaja karena elektabilitas Prabowo cenderung stagnan. Mendorong Prabowo akan sia-sia. Namun tidak demikian halnya dengan Sandiaga yang elektabilitas belum diketahui.

Selain terkesan humble, apa adanya, Sandiaga juga memiliki kelebihan lain yakni berada dalam satu barisan dengan kelompok milenial. Jika Jokowi harus menggunakan idiom-idiom tertentu agar bisa "diterima" kelompok milenial, Sandiaga diam pun sudah menjadi bagian dari kelompok ini. Meski demikian soal keterpilihan, masih memerlukan variabel lain seperti track record dan visi-misi.  

Sandiaga juga mampu mendekatkan dirinya dengan calon pemilih melalui istilah-istilah yang rigid menjadi familiar dan mudah dipahami yang disebut oleh pengamat disebut politik dumbing down. Istilah tempe setipis ATM dan tempe saset adalah contoh bagaimana Sandiaga tidak memerlukan buzzer untuk memviralkan istilah tersebut karena lawan sudah dengan "senang hati" ikut mempopulerkan!    

Wajar jika kemudian kubu Prabowo lebih sering "memajang" Sandiaga. Bahkan mulai muncul anggapan, elektabilitas Sandiaga akan menjadi penentu menang-kalahnya Prabowo di gelaran elektoral kali ini.  

Dari pemahaman ini, lupakan soal Prabowo lempar handuk atau malas.  Ini strategi, Bung!

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun