Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Polemik Pertemuan IMF - Bank Dunia Tidak Bermanfaat

9 Oktober 2018   11:56 Diperbarui: 10 Oktober 2018   07:15 3616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca terkuaknya kebohongan Ratna Sarumpaet, kritik kubu Prabowo Subianto terhadap pertemuan  tahunan (annual meeting) International Monetary Fund (IMF) -- World Bank Group (BWG) serta ASEAN Leaders Gathering (ALG) di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018 kian menjadi-jadi. 

Desakan agar agenda tahunan bos IMF dan Bank Dunia dibatalkan dengan menggunakan bencana alam sebagai landasan, membuat polemik menjadi tidak menarik.

Kritik kubu oposisi awalnya sudah bagus. Mereka menyoroti besarnya anggaran yang disediakan pemerintah yakni mencapai Rp 855,5 miliar. Anggaran tersebut sudah disepakati bersama DPR RI sejak awal tahun 2017. 

Namun ada juga anggaran untuk pembangunan infrastruktur dan lain-lain yang disebut Kepala Bappenas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mencapai Rp 6,9 triliun.

Dana sebesar itu digunakan untuk pembangunan Underpass Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, Patung Garuda Wisnu Kencana, dan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung, yang mencapai Rp 4,9 triliun. Sementara biaya operasional penyelenggaran pertemuan IMF-World Bank sebesar Rp 1,1 triliun.

Presiden Jokowi membenarkan besaran dana yang digunakan untuk infrastruktur penunjang. Presiden berharap pertemuan seperti itu memberikan keuntungan bagi negara tuan rumah, sebagai ajang promisi wisata dan meningkatkan paling tidak memberikan citra yang baik terhadap Indonesia.

Namun polemik menjadi tidak konstruktif dan melenceng ketika Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief mengatakan partai yang selama ini menggunakan slogan partainya wong cilik justru telentang minta dicumbu IMF.

Nitizen lalu mengingatkan jika pertemuan IMF-Bank Dunia diajukan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2014 lalu. Hal itu kemudian dibenarkan oleh Menteri Keuangan (saat itu) Chatib Basri.

Publik yang mengikuti polemik ini awalnya mendapat banyak informasi dan pertarungan argumen yang membangun. Wajar kubu oposisi mengkritik. Besaran anggaran hanya titik pijak karena sesungguhnya yang dikuatirkan pihak oposisi adalah pengakuan lembaga-lembaga monoter atas "keberhasilan" capaian ekonomi pemerintahan Jokowi.

Mengapa? Sebab jualan utama kubu oposisi saat ini adalah "kebobrokan" ekonomi seperti kenaikkan harga kebutuhan pokok, jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang lainnya, hingga penguasaan kekayaan Indonesia oleh aseng dan asing.

Oposisi kuatir, setelah dijamu dan diajak plesiran di Bali, bos IMF dan Bank Dunia tidak objektif lagi menilai kondisi ekonomi Indonesia. Terlebih faktanya, selama beberapa bulan ini Managing Director International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde memang kerap memuji ekonomi Indonesia. Dan mungkin pujian itu kian melangit setelah annual meeting di Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun