Tampaknya saat itu Gus Dur tidak mau terlalu jauh mencampuri konflik anaknya dengan keponakannya tersebut sehingga Muhaimin berada di atas angin. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya mengakui PKB versi Muhaimin. Pada Pemilu 2009, PKB Muhaimin yang diterima KPU meski sempat terjadi rebutan nomor urut di acara pengambilan nomor urut peserta Pemilu 2009.Â
Buntutnya, kubu Yenny Wahid dan para pendukung Gus Dur menyingkir dan disingkirkan dari PKB Muhaimin. Meski demikian, suara Gusdurian tidak beralih ke partai lain. Bahkan Yenny Wahid tidak mau masuk ke Gerindra meski suaminya Dhohir Farisi merupakan kader partai besutan Prabowo Subianto tersebut.
Kini posisi Gusdurian kembali mendapat perhatian akibat ulah Muhaimin Iskandar yang menolak penunjukan Mahfud MD sebagai pendamping petahana Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019.Â
Muhaimin yang sejak dua tahun terakhir menggunakan 11 juta suara PKB sebagai alat tawar agar dirinya dijadikan cawapres, secara frontal menolak Mahfud yang selama ini dikenal sebagai Gusdurian. Di masa pemerintahan Gus Dur, Mahfud pernah dua kali menjadi menteri yakni Menteri Pertahanan dan Menkum HAM yang dipangkunya selama 20 hari karena Gus Dur keburu lengser diganti Megawati.
Tak pelak, berita gagalnya Mahfud sebagai cawapres Jokowi menimbulkan gelombang protes di kalangan Nahdliyin, utamanya Gusdurian, meski penggantinya Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin. Hal ini disadari betul oleh Jokowi.Â
Kehilangan suara Gusdurian bisa menjadi persoalan serius, meski seperti disebutkan di atas, jumlahnya tidak terpetakan. Maka bisa dibaca ke mana tujuan Jokowi ketika menyambangi kediaman Gus Dur di Ciganjur untuk menemui Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.
Akankah Gusdurian tetap mengikuti garis politik PKB yang mendukung Jokowi? Jika melihat sikap Mahfud MD yang tetap berada di Istana sebagai anggota Dewan Pengarah BPIP, kemungkinan suara Dusdurian berada di belakang Jokowi.Â
Tetapi jangan lupa, lawannya, Prabowo Subianto memiliki akar yang lebih kuat di benak Gusdurian. Penolakan Mahfud MD oleh Muhaimin bisa dijadikan penguat alasan mengapa mereka akhirnya memilih Prabowo. Bukan tidak setia dengan PKB, tetapi lebih sebagai cara untuk menunjukkan eksistensinya.
Artinya, jika kelak suara Gusdurian, yang berarti suara NU, benar-benar terbelah, salah satunya karena "kesalahan" Muhaimin.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H